(Episode kedua dari Cerita Gama Agastya Agung)

Sang surya kembali menyapa. Kami segera bangun dan bergantian untuk mandi. Selanjutnya, kami mengisi perut agar tidak kelaparan. Sambil menunggu mobil Bang Panji dan Bang PJ, aku memulai briefing. Ketika mobil datang, kami langsung memasukkan barang-barang ke mobil sesuai dengan pembagian Niko sebagai sie transportasi. Aku berada di mobil Bang PJ bersama Mba Intan dan Ziyad. Sementara di mobil Bang Panji ada Niko, Bayu, Jeffy, dan Mba Shela. Awalnya kami berbincang, lalu satu per satu dari kami tertidur. Aku yang tidak enak dengan Bang PJ tetap berusaha bangun, namun ia paham dan mengatakan tidak apa-apa jika aku ikut tidur. 

Tidak terasa, mobil yang kami tumpangi tiba di basecamp Pura Pasar Agung. Sesampainya di sana, Mba Shela segera mengurus registrasi sambil menunggu kedatangan anak-anak dari Mitra Satya Buana. Kami sudah janjian bertemu pukul 09.30, namun mereka tidak kunjung datang. Mba Shela sedari tadi juga menanyakan pada Mas Sukir dan ia mengatakan sudah dalam perjalanan. Sudah hampir 2 jam kami menunggu. Aku mulai khawatir. Aku tidak ingin rencana yang sudah tim kami rencanakan harus kacau karena faktor dari orang lain. Yang benar saja, mobil yang digunakan oleh anak-anak Mitra Satya Buana mengalami masalah. Karena tidak ingin menunggu lebih lama lagi, kami menawarkan untuk menjemput mereka. Setelah mereka semua tiba, aku mengajak untuk pemanasan dilanjut dengan briefing.

Semuanya siap. Tim Gladimadya Gama Agastya Agung bersama dengan anak-anak Mapala Mitra Satya Buana (Bang Sukir, Mamat, Shabo, Coko, Kuntul, dan Nambeng) juga Bang PJ, Bang Panji, Bang Amos, dan Kak Dania bergerak dari basecamp Pura Pasar Agung menuju Pura Pasar Agung. Jalan yang kami lalui berupa anak tangga. Setibanya di Pura Pasar Agung, kami mempersilakan kepada teman-teman yang menganut agama Hindu untuk bersembayang terlebih dahulu. Selesai sembayang kami bersiap dan tepat pukul 13.00 kami melanjutkan pergerakan menuju titik 1. Untuk urutan pergerakan, ada Bang Sukir dan Shabo di depan diikuti Ziyad, Bayu, Kuntul, Nambeng, aku sendiri, Jeffy, Niko, Kuntul, serta Mamat yang paling belakang. Sesekali urutan pergerakan ini berubah, menyesuaikan situasi di lapangan. Awalnya jalur yang kami lalui berupa tanah dan terdapat ilalang di sekitar. 1 jam berlalu hingga jalur yang kami lalui mulai berganti menjadi bebatuan. Sedari tadi medan terbilang terjal dan menanjak hingga kami berada di daerah cukup landai untuk beristirahat. 

Tanpa berlama-lama karena istirahat dirasa sudah cukup kami pun melanjutkan pergerakan. Shabo berkata untuk mencapai Pos 1 dibutuhkan waktu 30 menit lagi. Di sepanjang jalan kami semua tidak lupa untuk sharing satu sama lain agar lebih akrab. Tidak terasa kami tiba di Pos 1. Lelah, namun kami tidak berhenti di situ. Rencana awal memang kami akan mendirikan camp di Pos 1. Akan tetapi, teman-teman MSB memberitahu kepada kami bahwa di atas sana ada Pos 2 dan tempat yang lebih proper untuk dijadikan tempat camp. Setelah mengetahui informasi tersebut, aku memutuskan bahwa tim akan melanjutkan pergerakan menuju Pos 2. Meskipun pergerakan lebih lambat dari sebelumnya, kami tetap pantang menyerah. Tanjakan demi tanjakan yang penuh bebatuan kami lalui hingga kami tiba Pos 2. Tidak jauh dari Pos 2, kami mendirikan camp. 2 tenda berada di bawah, yaitu punya Mapagama serta 2 tenda berada di atas yaitu punya MSB. Sambil yang lain mendirikan tenda, aku dan Jeffy memasang flysheet.

Agenda yang kami lakukan selanjutnya adalah memasak untuk makan malam. Menu kali ini ada tumis jamur serta nugget. Sempat kesusahan untuk menghidupkan api hingga alis Ziyad terbakar. Itu adalah salah satu peristiwa lucu di malam itu. Sementara posisi kami memasak berada di antara dua tenda. Makanan pun siap lalu kami memutuskan makan sambil evaluasi. Yap, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tidak lupa Mba Intan di basecamp juga ikut melakukan evaluasi melalui HT, meskipun sesekali terputus. Evaluasi selesai pukul 22.00. Selanjutnya kami tidur. Aku, Mba Shela, Jeffy berada dalam satu tenda sedangkan tenda satunya diisi oleh Bayu, Ziyad, dan Niko. Aku cukup khawatir sebab angin kencang menerpa tenda yang kami tempati hingga bergoyang kesana kemari. Dengan mata terbenam kurapalkan doa-doa agar kami diberi keselamatan.

bersambung ke Episode Ketiga Cerita Gama Agastya Agung

Tsaqifa Meftananda A., Tim Gladimadya Gunung Hutan: Gama Agastya Agung, 2022


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.