Hari itu Jumat, 4 Agustus 2023, matahari sudah terik sejak pagi, seolah merestui Tim Gladimadya Lagusan Liwanag Langit untuk berangkat menuju Gerbang Indonesia Timur alias Sulawesi Selatan. Perjalanan panjang menuju Sulawesi Selatan dicicil dengan berangkat menuju Surabaya usai sholat Jumat. Tim yang beranggotakan tujuh orang, yaitu Kaizan, Jayu, Saphira, Binar, Azarya, Gandhi, dan Haqqi akan melancong ke Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada tanggal 4-17 Agustus 2023. Tim memulai perjalanan dari Sekretariat Mapagama D11 menuju rumah Kaizan di Surabaya menggunakan mobil Kaizan pada pukul 13.20 WIB. Banyak anggota Mapagama yang datang untuk pelepasan tim siang itu, termasuk Mbak Atsil yang membekali setiap orang dengan homemade french toast-nya, makanan ringan, serta tak lupa sticky notes berisi pesan penyemangat. Setelah berpamitan dan dengan sepenuh tenaga menjejalkan segala barang bawaan ke dalam mobil Kaizan, tim pun berangkat dengan Kaizan sebagai pengemudi dan Gandhi di sebelahnya berjaga untuk bergantian apabila dibutuhkan. Tentu saja sisa anggota yang lain duduk di kursi penumpang berdampingan dengan carrier, daypack, dan barang lain yang harus dibawa untuk memenuhi kebutuhan selama lapangan. Perjalanan panjang dengan jalanan rata serta kepiawaian Kaizan dalam berkendara perlahan menghanyutkan kesadaran anggota tim yang duduk sebagai penumpang di belakang. Aza, Saphira, Binar, Jayu, dan Haqqi sempat tertidur, lalu bangun sebab menyadari hari sudah sore untuk mengambil footage sunset yang cantik. Duduk terdiam selama berjam-jam di mobil tanpa bisa leluasa bergerak rupanya cukup membuat tim lelah. Kaizan pun menghentikan mobil di rest area. Seluruh anggota keluar dari mobil untuk merehatkan kaki yang keram, kemudian melaksanakan solat. Tanpa membuang waktu lama setelah beribadah, tim meneruskan perjalanan. Akhirnya, mobil berisi 7 manusia berikut 7 carrier dan barang bawaan lainnya itu tiba di rumah Kaizan pada pukul 18.30 WIB. Kesibukan tim segera berlanjut pada kegiatan unloading logistik, eval, dan briefing. Selepas mengeluarkan seluruh barang termasuk carrier Jayu yang berbau terasi, tim segera mengenyangkan perut dengan hidangan di rumah Kaizan pada malam itu. Aza, Saphira, dan Binar kemudian berburu roti tawar di minimarket terdekat dengan mengendarai sepeda. Setelah itu, tim mengobrol dengan senior Mapagama yaitu Mas Iwan yang kebetulan tinggal tidak jauh dari rumah Kaizan. Seusai Mas Iwan pulang, tim sibuk dengan agenda bebersih diri. Haqqi yang sedang menunggu antrian kamar mandi kemudian mencoba mengengkol motor tua di rumah Kaizan agar keesokan hari bisa digunakan untuk pergi ke pasar. Setelah bebersih diri, anggota tim pun beristirahat hingga pukul 05.00 WIB.

Pagi harinya tanggal 5 Agustus 2023, semua anggota bangun dan bersiap untuk menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Subuh-subuh sekali, Aza dan Haqqi pergi ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan masakan. Setelah sarapan, tim melakukan loading logistik ke mobil Kaizan dan kembali mengatur posisi duduk supaya semua anggota dan logistik yang akan dibawa dapat masuk ke dalam mobil. Pukul 06.40 WIB tim berangkat menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Sesampainya di pelabuhan, tim segera unloading dan mencari tempat untuk menunggu selama kapal belum bersandar. Meskipun hari masih pagi, Tanjung Perak sebagai salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia tentu saja sudah sangat ramai. Tim pun memutuskan untuk menunggu di koridor tempat barang-barang tim diturunkan. Sempat terjadi miskomunikasi antara Binar dan pihak Pelni karena dari informasi yang didapatkan sebelumnya bahwa tiket kapal dapat ditukarkan maksimal 3 jam sebelum waktu keberangkatan ternyata baru dapat ditukarkan saat kapal sudah mulai bersandar. Mau tak mau, tim pun harus menunggu hinggat saat itu tiba. Setelah mendapatkan informasi dari petugas bahwa tiket kapal sudah dapat ditukarkan, Binar dan Kaizan segera mengantre untuk menukarkan tiket tersebut. Akan tetapi, karena ternyata yang boleh menukarkan tiket hanya satu orang, akhirnya Binar selaku PJ transportasi yang menukarkan tiket kapal untuk seluruh anggota tim.

Usai berhasil menukarkan tiket, Binar segera membagi tiket tersebut kepada anggota tim kemudian bersamaan memasuki gate keberangkatan. Tim berangkat menuju Pelabuhan Makassar dari Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan KM. Gunung Dempo pada pukul 15.00 WIB dengan perkiraan waktu tempuh selama 28 jam. KM. Gunung Dempo merupakan kapal penumpang milik Pelni dan naik kapal Pelni belum lengkap rasanya jika tidak menemui seat dengan nomor sesuai tiket ternyata sudah diisi oleh barang orang lain. Tentu saja, tim mengalami itu. Beruntung sang pemilik barang lekas memindahkan barang-barangnyasehingga seluruh anggota tim bisa segera beristirahat di ranjang masing-masing. Waktu perjalanan membelah Laut Jawa digunakan untuk free time, tetapi tim tetap menganggarkan untuk eval dan briefing. Kebetulan, armada yang digunakan tim saat ini juga membawa tim Gladimadya dari divisi lain yaitu ORAD. Tim Gladimadya ORAD berada di dek yang berbeda sehingga pada sela waktu digunakan untuk saling bersambang kendati dalam dek manapun goyangan kapal akan tetap terasa. Tak ayal, mual dan pusing dirasakan pula oleh tim sepanjang perjalanan dengan armada ini karena ombak laut cukup kencang dan membuat kapal terombang-ambing. Azarya pun sempat tidak mampu untuk makan dan memilih melanjutkan tidur setelah briefing pagi. Selama di kapal, tim bergantian untuk mengambil jatah makan. Selain itu, anggota tim juga melakukan kegiatan masing-masing, ada yang menonton film, bermain PS, membaca novel, dan menikmati pemandangan laut yang membentang sejauh mata memandang.

Setelah melewati perjalanan panjang, kapal tiba di Pelabuhan Makassar pada hari Minggu, 6 Agustus 2023 pukul 19.00 WITA. Sesampainya di pelabuhan, Binar segera mengontak pihak rental motor. Benar, perjalanan tim akan dilanjutkan dengan motor untuk menuju Desa Bonto Birao, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep. Sembari menunggu motor sewaan, tim duduk di pinggir jalan. Sempat beberapa kali tim dikagetkan dengan suara teriakan maupun klakson dari kendaraan yang berlalu lalang. Setelah beberapa saat yang dihabiskan dengan mengamati ramainya jalanan area Pelabuhan Makassar, motor pun tiba. Tim segera loading logistik dan menuju Desa Bonto Birao malam itu juga. Dalam perjalanan, tim sempat mampir ke pom bensin terlebih dahulu untuk memenuhi tangki bensin karena akan menempuh perjalanan cukup jauh. Untuk menuju Bonto Birao yang berada di Kabupaten Pangkep, tim harus melintasi Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Tim juga sempat berhenti satu kali untuk beristirahat sejenak. Jalan yang cukup rusak ditemui tim ketika sudah masuk ke Kabupaten Pangkep. Semakin menuju Bonto Birao, kerusakannya lebih parah lagi sebab sedang ada perbaikan jalan. Kurangnya penerangan jalan dan angin yang cukup kencang di malam hari membuat perjalanan terasa semakin panjang. Dengan menggunakan empat motor, tim berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terpisah dan tidak terjatuh di jalanan yang rusak. Mendekati Bonto Birao, tim sempat salah berbelok dan menemui jalan buntu. Beruntungnya, malam itu masih ada warga setempat yang terjaga sehingga tim serentak berinisiatif untuk bertanya.

Akhirnya dengan segala perjuangan, tim tiba di rumah Kepala Desa Bonto Birao pukul 00.30 WITA yang kemudian disambut oleh teman-teman KKN dari Universitas Hassanudin dan bapak kepala desa. Selayaknya bertamu pada umumnya, tim beramah-tamah dan akhirnya istirahat pada pukul 03.00 WITA. Bertemankan suara jendela dan kayu penyusun rumah yang berdecit karena angin, seluruh anggota tim pun terlelap dalam lelah. Pukul 08.00 WITA tim bangun dan bersiap untuk kegiatan eksplorasi permukaan. Pagi itu, tim sedikit berkenalan dengan para anggota tim KKN Unhas yang juga menghuni rumah kepala desa. Anggota KKN Unhas pun berinisiatif untuk menemani tim mengeksplorasi desa hari itu. Selain itu, pemuda setempat pun menunjukkan antusiasme dengan menawarkan diri untuk ikut serta guna menunjukkan titik mulut gua yang mereka ketahui. Seorang yang dekat dengan kepala desa, kerap dipanggil dengan “Kak Babul”, juga turut memandu tim. Eksplorasi permukaan ini membawa tim menuju beberapa gua dengan jarak yang cukup berjauhan. Tim menggunakan motor selama berkegiatan karena letak gua satu dengan lainnya yang cukup jauh. Pada saat melakukan eksplorasi ke dalam salah satu gua, ditemui ular berwarna merah yang sedang beristirahat pada dinding gua. Karena terkejut dan warga lokal yang menemani masuk takut dengan ular, tim segera memutuskan keluar gua dan melanjutkan kegiatan. Setelah menemukan beberapa gua, tim ishoma terlebih dahulu.Lokasi ishoma berada di sungai yang dengan air terjun kecil. Roti dan buah menjadi santapan siang sembari beristirahat sejenak di bawah rindangnya pohon dan menikmati segarnya air sungai. Setelah cukup beristirahat, tim melanjutkan kegiatan eksplorasi hingga ke desa sebelah. Selama melintasi jalanan desa yang tidak kalah buruk dari jalanan semalam, tim beberapa kali berhenti untuk mengambil footage dari tempat yang dirasa bagus, salah satunya adalah lahan dipenuhi batuan yang digunakan untuk melepas sapi-sapi coklat milik warga. Tempat itu seperti kastil sapi dan rupanya memang cukup ikonik di situ. Setelah menyusuri area eksplorasi, tim kembali ke rumah kepala desa lalu bersih-bersih, ramah tamah, eval, briefing, dilanjut dengan istirahat.

 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.