Hari terakhir kami di Lombok. Rencana kami akan mampir ke Wapala UNRAM untuk penyerahan plakat kemudian jalan-jalan menikmati indahnya Lombok. Pada pukul empat sore kami sudah harus berada di rumah Bu Eka untuk persiapan kepulangan ke Yogyakarta. Semalam kami menyepakati kami akan pergi ke Sade, Sirkuit Mandalika, Bukit Merese, dan Sasaku. Kami bangun pada pukul lima pagi, suasana sumringah terasa di pagi yang cerah ini. Selepas bangun kami segera mempersiapkan diri untuk liburan kami. Sebelum berangkat kami memberikan plakat tanda terimakasih untuk Ketua Kagama Lombok Barat dan berfoto bersama. Sesuai briefing semalam, Andhika dan Isma akan pergi ke pelabuhan untuk memesan tiket kapal terlebih dahulu. Sisanya akan menuju Wapala UNRAM untuk memberikan plakat. Semalam Mas Hafiz turut menginap dikarenakan waktu kepulangan kami yang sudah larut malam. Sehingga setelah semua siap pagi ini kami langsung meluncur menuju lokasi tujuan.

Di Wapala UNRAM kami dijamu dengan teh dan kopi hangat serta beberapa macam jajanan pasar. Wapala UNRAM saat ini tengah mengadakan musyawarah besar yang akan dimulai pukul dua siang nanti. Musyawarah besar mereka ternyata biasanya berlangsung selama dua minggu sedari siang hingga malam. Tak terasa kopi serta teh yang menemai perbincangan kami telah habis pada pukul sebelas siang. Rencana awal kami hanya hendak mampir dan berbincang sejenak guna penyampaian terima kasih dan penyerahan plakat. Namun karena kami mendapatkan kabar bahwa terdapat kemunduran kepulangan akibat kapal yang terlambat sandar hingga esok pagi. Akhirnya kami memutuskan untuk memesan tiket kepulangan kapal dengan jadwal esok pukul tujuh pagi. Kapal mengalami delay karena air laut yang sedang surut dan ramainya antrean sandar kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Setelah penyerahan plakat dan foto bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju titik kumpul yang telah disepakati.

Kami berkumpul di sebuah Alfamart daerah Lombok Tengah yang searah dengan tujuan destinasi liburan kami. Selepas membeli air dan camilan, kami berangkat menuju destinasi yang pertama yakni Sade (Desa Suku Sasak). Perjalanan kami menuju Sade ditemani oleh rintik gerimis, namun tetap menyenangkan karena pemandangan sekitar berupa lahan kosong namun rimbun oleh tanaman berbunga serta beberapa kerbau yang memakan rumput di sekitarnya. Mendekati Sade tiba-tiba hujan turun dengan derasnya disertai angin. Kami semua kecuali Mas Pandu dan Mas Hafiz menepi di pinggiran pertokoan untuk meneduh. Di tengah hujan yang deras ada tiga orang anak yang sedang asyik bermain hujan, cukup menghibur dikala menanti hujan reda sambil bernostalgia mengenang masa kecil. Setelah hujan cukup reda kami melanjutkan perjalanan menggunakan jas hujan. Ternyata lokasi kami meneduh tak jauh dari Desa Sade, hanya berjarak 400 meter saja.

Di Sade kami berkeliling melihat suasana desa sembari mendengarkan penjelasan dari pemandu. Meski gerimis masih berlangsung namun semangat kami tak surut. Ya, semangat untuk mencari oleh-oleh kerajinan khas Sade maksudnya. Sepanjang rute yang kami lalui banyak dijumpai rumah yang menjual olahan tenun khas Sade. Seperti kain, gelang ikat kepala, tas, topi, baju, dan lain-lain. Di sini mereka juga menjual kopi khas lombok dalam kemasan kiloan dengan harga yang terjangkau. Berulang kali kami berkeliling saat sedang mencari oleh-oleh dengan teliti di setiap toko yang kami kunjungi. Cukup lama kami berkeliling hingga perut memaksa kami meninggalkan Desa Sade. Selepas berfoto bersama sebelum meninggalkan Sade, kami melanjutkan perjalanan menuju Sirkuit Mandalika. Di tengah perjalanan tak jauh dari sirkuit kami mampir di sebuah warung makan untuk menikmati makan siang dengan menu nasi goreng udang dan ayam. Sesampainya di Mandalika kami hanya mampir sebentar untuk sekadar berfoto di depan tulisan Sirkuit Mandalika. Hal ini dikarenakan hari ini Mandalika hanya buka di pagi dan sesuai kesepakatan tim bahwa kami tidak akan masuk ke dalam.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Merese. Dari sirkuit Mandalika kita hanya perlu ke timur sedikit lalu belok ke arah selatan. View selama perjalanan menuju bukit Merese sendiri sudah memanjakan mata dengan pemandangan bukit-bukit hijau yang ditumbuhi jagung dan pemandangan danau di kiri dan kanan jalan. Setelah sedikit tracking dari parkiran dengan menghindari kotoran kerbau disekitar, kita dapat melihat berbagai pemandangan dari bukit ini. Dari atas kita dapat melihat Tanjung Aan yang biru nan indah dengan dasar laut yang tampak di sebelah utara bukit. Didominasi ombak yang tenang, namun ada satu spot di mana tercipta ombak yang cukup besar akibat angin dari arah laut. Ombak ini dimanfaatkan wisatawan untuk melakukan olahraga surfing. Di sebelah selatan kita dapat melihat luasnya segara dan sunset apabila langit sedang cerah. Sayangnya saat kami tiba di sana langit sedang berawan. Kami menghabiskan waktu dengan berfoto dan menikmati indahnya pemandangan. Selain menikmati pemandangan kami juga memanjat sebuah bongkahan batu karang yang terletak di bukit ini. Kami menjadikan batu tersebut sebagai boulder dan memanjatnya bergantian. Memang sepertinya anak-anak climbing tak bisa dipisahkan dari kata “batu”.

Setelah surya silam barulah kami beranjak untuk pulang. Di perjalanan pulang kami mampir terlebih dahulu di Sasaku untuk membeli oleh-oleh. Sasaku merupakan tempat belanja oleh-oleh khas Lombok yang menyediakan berbagai macam oleh-oleh mulai dari pakaian, hasil kerajinan tangan Sade, hingga makanan. Bahkan juga kujumpai susu kuda liar yang selama ini kucari. Sempat aku bertanya di Indomaret saat hari pertama di Lombok, “Mbak, di sini ada susu kuda liar ndak ya?” ucapku kala itu. Kasir Indomaret tersebut hanya tertawa lalu kulemparkan pertanyaan yang sama kepada karyawan lelaki di sebelahnya. “Di sini nggak ada susu kuda liar mas, adanya di Sumbawa” ucapnya sembari tertawa pula. Setelah kini kutemukan, sayangnya karena harganya cukup mahal alhasil kuurungkan niat untuk membelinya. Karena motor sudah harus dikembalikan pukul sembilan malam. Kami hanya memiliki waktu 15 menit untuk berbelanja oleh-oleh. Pihak persewaan motor datang tak lama setelah kami tiba. Kami kemudian melakukan packing untuk kepulangan. Pak Waluyo dan istrinya yakni Bu Nunu tiba saat kami sedang melakukan evaluasi. Tak lama kemudian Bu Eka dan Pak Zul juga tiba dan turut bergabung dalam obrolan kami. Selepas pukul setengah dua belas malam malam Pak Waluyo dan Bu Nunu pamit undur diri. Selepasnya kami melanjutkan briefing kemudian istirahat tidur.

Kami bangun pukul 05.15 WITA. Kurasakan kurang enak badan karena sedari kemarin bepergian tanpa menggunakan jaket dan sempat kehujanan. Alasan lainnya karena hari ini kami akan pulang meninggalkan Pulau Lombok, Kota Seribu Masjid, seribu pesona dan keindahannya, seribu potensi, dan seribu candu. Selepas melakukan persiapan kepulangan, kami sarapan bersama untuk terakhir kalinya di rumah Bu Eka dalam kegiatan Mapagama Climbing Expedition dengan tajuk “Tulaq jok Lombok” ini. Setelah melakukan check and recheck untuk memastikan tak ada satu barang pun yang tertinggal, kami kemudian berpamitan lalu berangkat menuju Pelabuhan Lembar menggunakan mobil Pak Zul dan sebuah gocar. Seperti biasanya, pagi ini gerimis juga menemni kami. Mungkin semesta juga turut bersedih akan kepulangan kami pikirku tuk menghibur diri. Di depan pelabuhan kami sempatkan untuk berfoto bersama dan membuat video yang akan kami unggah selepas laporan pertanggungjawaban kami diterima. Video yang kami buat berupa video ucapan terima kasih dari kami MCE kepada Mas Hafiz yang telah menemani kami selama berada di Lombok tanpa pamrih, tanpa pernah mengeluh, dan tanpa tahu kapan kan berjumpa kembali. Selepas memasuki area ruang tunggu kapal yang akan kami naiki, ternyata kapal kami belum juga bersandar. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kapal kami bersandar. Kami menaiki kapal setelah melakukan perpisahan terakhir kalinya dengan Pak Zul dan Mas Hafiz.

Di dalam kapal kami mendapatkan ruang penumpang yang berada di bagian depan kapal, berbeda dengan saat keberangkatan di mana kami mendapatkan ruang penumpang yang berada di sebelah belakang kapal. Kali ini tempat tidur kami terpisah dimana tiga orang berada di kasur atas dan empat orang di kasur bawah. Selepas mengambil matras yang tersedia untuk tidur, kami semua terlelap dalam mimpi masing-masing. Aku terbangun di siang hari karena rasa lapar di perut yang kian menggebu. Sementara yang lain masih tidur, kuputuskan untuk pergi ke lantai empat guna memesan makanan untuk mengganjal rasa lapar sembari menanti jatah makan tiba. Aku memesan semangkuk mie instan kuah yang ternyata perlu waktu 45 menit hingga pesananku datang. Saat menunggu pesananku tiba, datanglah Intan yang turut memesan menu yang sama. Kami memang kawan yang sering kelaparan di waktu bersamaan wkwkwk. Bedanya pesanan Intan datang setelah ia menunggu sekitar lima menit. Ternyata diriku siang ini cukup sial pikirku hahaha. Tak berselang lama datanglah Andhika yang hendak melakukan persiapan KRS-an. Pukul 16.35 WITA barulah teman-teman lainnya turut bergabung dengan membawa jatah makan siang kami yang dibeli menggunakan voucher makan. Sebenarnya aku baru saja selesai makan pukul dua siang, namun tetap kuhajar makanan yang terlambat datang ini. “Sudah bukan makan siang namanya” gumamku. Selepas makan sebagian dari kami memilih untuk kembali tidur di ruang penumpang sedangkan sebagian lagi memilih bertahan mengagumi keindahan laut sembari mendengarkan lagu favorit maupun melakukan kegiatan lainnya seperti membaca buku ataupun novel. Kami makan malam pada pukul 19.30 WIB. Tidak ada agenda khusus pada malam ini. Ebook yang kusiapkan untuk kubaca selama lapangan akhir ini juga sudah usai kubaca. Dan teman-teman yang lain juga memilih menghabiskan waktu untuk tidur selepas kegiatan bersih diri. Kami melakukan evaluasi dan briefing pada pukul 22.00 WIB. Setelahnya kami saling bertukar cerita terkait kejadian selama di Lombok yang lucu maupun unik. Dari sinilah aku mengetahui beberapa kejadian-kejadian lucu yang dialami teman-teman MCE. Selepas lelah bercerita dan bercanda tawa kami istirahat di tempat tidur masing-masing.

Paginya kami bangun pukul 05.00 WIB untuk melakukan checklist alat dan pengambilan footage. Namun sayang, keindahan matahari terbit tertutupi oleh padatnya awan di angkasa. Pukul 06.30 WIB kami sarapan dengan menu yang sama seperti kemarin; nasi, telur, dan sayur. Kapal tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada pukul 08.35 WIB. Nantinya kami akan pergi ke PLH (Pencinta Lingkungan Hidup) Siklus ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Aku, Isma, dan Gaby akan dijemput oleh teman-teman dari PLH Siklus, sedangkan lainnya berangkat terlebih dahulu menggunakan mobil Mas Pandu. Tentu saja Mas Pandu harus pulang terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengambil mobil. Perjalanan dari pelabuhan ke Sekretariat PLH Siklus membutuhkan waktu yang cukup lama, mungkin karena jalanan dari arah pelabuhan yang cukup padat ditambah cuaca yang panas di Kota Surabaya kala itu. Di Sekretariat PLH Siklus kami dijamu dengan berbagai macam makanan ringan dan minuman hangat berupa kopi dan teh. Dari yang kuperhatikan selama mengunjungi sekretariat mapala di perjalanan lapangan akhir ini, setiap mapala pasti memiliki setidaknya satu ekor kucing yang tinggal di sekretariat. Apabila Mapagama memiliki Tripod sebagai maskot, maka PLH Siklus ITS memiliki Broto sebagai maskot. Uniknya Broto sangat senang memakan ‘ciki komo’ (makanan ringan yang memiliki rasa jagung bakar). Berulang kali ia berusaha untuk memakan ‘ciki komo’ yang tersaji dalam piring di hadapan kami. Dan berulang kali pula kami berusaha untuk mencegahnya hingga akhirnya Broto lelah dan menunggu hingga ada seseorang yang memberinya, yakni aku dan Gaby. Pukul dua belas kami makan siang bersama lalu melanjutkan perbincangan hingga tiba waktunya kami untuk pergi ke stasiun. Selepas berfoto aku, Isma, dan Gaby diantarkan menuju Stasiun Gubeng, sedangkan lainnya menggunakan mobil Mas Pandu.

Setelah perpisahan kami kemudian masuk ke area ruang tunggu kereta kecuali Mas Pandu. Mas Pandu akan menyusul ke Yogyakarta malam harinya dikarenakan tidak cukup waktu untuk mengejar jadwal kereta. Kereta kami berangkat pada pukul 14.08 WIB. Kami naik kereta Sri Tanjung menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Perjalanan di kereta memakan waktu enam jam, sama seperti saat keberangkatan. Kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur, membaca buku, ataupun menonton film. Kami tiba di Stasiun Lempuyangan pukul 20.03 WIB. Tak menunggu waktu lama setelah kami keluar dari stasiun kami sudah dijemput oleh teman-teman Mapagama. Kami tiba di Sekretariat pada pukul 20.30 WIB. Selepas berbincang sejenak kami melanjutkan kegiatan dengan evaluasi dan briefing. Tim sepakat untuk pulang ke rumah atau kos masing-masing untuk beristirahat dan akan kembali ke sekretariat pada pukul 09.00 WIB esok hari untuk melakukan karantina selama dua hari guna menyelesaikan output kegiatan.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.