Setelah kurang lebih 6 bulan berdinamika, akhirnya tim Gladimadya ORAD’ (Olahraga Arus Deras), memulai perjalanan lapangan akhir di Sungai Ma’iting Tana Toraja. Perjalanan yang dimulai setelah melewati 9 kali Tryout di Sungai Elo dan Progo Atas, Assessment yang merupakan penilaian akhir sebelum keberangkatan, dilakukan di Sungai Progo Hulu hingga Finish Sungai Porgo Atas, serta presentasi forum Mapagama. Tim Gladimadya ORAD yang terdiri dari empat personil, yakni Zidan, Benil, Azra, serta empat pendamping gladimadya tim kami yakni Lukman, Audrey, Zahra, dan Nadhif. Sayangnya hanya satu dari keempat pendamping yang dapat mengikuti lapangan akhir yaitu Lukman dikarenakan Nadhif, Zahra, dan Audrey ada kegiatan lain diwaktu yang bersamaan dengan keberangkatan lapangan akhir tim kami.

Pagi itu, Jumat 4 Agustus 2023 tim Gladimadya ORAD, berangkat untuk menyelesaikan misi “Telisik Tirta Tana Toraja” dari Sekretariat Mapagama menuju Stasiun Lempuyangan diantar dengan menggunakan mobil jeep navy milik Nadhif pada pukul 06.00 pagi. Tak lama setelah tim sampai di stasiun, rupanya kereta yang akan kami tumpangi sudah tiba. Sesegera mungkin tim masuk kereta dan menyusun logistik kami sehingga tetap aman dan tidak mengganggu selama perjalanan. Setelah kurang lebih enam jam perjalanan yang menggetarkan hati, tim sampai di Stasiun Gubeng Surabaya pada pukul 13.00 siang. Tak lama setelah kedatangan kami di Surabaya, kami dijemput oleh teman-teman Wanala UNAIR untuk menghabiskan hampir 24 jam waktu kami sembari menunggu keberangkatan Kapal dari Pelabungan Tanjung Perak di hari kemudian. Sore itu menjadi salah satu sore yang tak terlupakan. Bersama teman-teman Wanala, tim menjelajahi danau kampus UNAIR di depan Gedung Rektorat, mengikuti alur angin sore seakan memainkan lagu kehidupan. Setelah mentari benar-benar tak terlihat dan bergantian dengan bulan, kami kembali menuju sekretariat Wanala, setelah cukup untuk mengambil nafas, pukul 21.00 malam tim diantar untuk menuju salah satu kontrakan teman-teman Wanala untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Malam itu, di kontrakan teman-teman Wanala, diwarnai dengan makan malam bersama, disuguhkan dengan nasi goreng merah yang menjadi penutup hari yang luar biasa. Namun, kejadian tak terduga melibatkan Azra yang membuat malam semakin menarik. Seolah hilang dalam panggilan teleponnya, Azra menjadi misteri yang memerlukan pencarian. Akhirnya Syella yang memutuskan keluar mencari keberadaannya disusul oleh Zidan dan Lukman keluar mencari Azra yang keberadaannya pun tak tertangkap oleh pandangan kami. Pada akhirnya kami kembali masuk dan sebelum menyantap hidangan yang istimewa, kekhawatiran berkembang, dan akhirnya, kami menyisihkan satu porsi untuk Azra.

Pagi harinya, tanggal 5 Agustus 2023, tim memulai hari dengan ritual bersih diri dan packing ulang logistik. Saat menunggu antrian kamar mandi, kami saling berbagi cerita di sela- sela persiapan dalam rangka mempererat hubungan dengan teman-teman Wanala. Sebelum melanjutkan perjalanan, tim bersiap-siap untuk menghadapi perjalanan panjang menuju pelabuhan,. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11.00, yang artinya tim gladimadya ORAD Mapagama harus segera menuju pelabuhan untuk check in kapal dan melanjutkan perjalanan menuju Makassar dengan menggunakan kapal motor Gunung Dempo. Siang itu, matahari berpijar di langit Surabaya, menciptakan terik yang tak terpahami, namun kami tetap harus menyusuri jalanan menuju pelabuhan dengan menggunakan sepeda motor yang diantar oleh teman- teman Wanala, tak lama kemudian kami sampai di pelabuhan. Gate security menjadi batas, artinya kami harus berpisah dengan teman-teman Wanala. Sesampainya di kapal Gunung Dempo, tim bergegas untuk menaruh logistik dan beristirahat. Perlahan tapi pasti, siang beralih menjadi senja. Kapal berlayar melibas lautan menuju takdirnya. Tak ada kejutan saat kapal berlayar menjelang senja, kami telah mendengar tentang kemungkinan keterlambatan. Beberapa dari kami banyak menghabiskan waktu di kapal untuk tidur, yakni Benil dan Azra. Zidan sendiri sangat rajin untuk berkeliling kapal dan menghampiri sahabat kami (divisi caving) di gate lain, yang juga berada di kapal yang sama untuk menuju Makassar. Hingga malam tiba, sebelum beristirahat malam kami menyempatkan waktu untuk evaluasi kegiatan sekaligus briefing untuk hari kemudian. Selepas itu kami beristirahat hingga pagi hari.

Rutinitas membersihkan diri di pagi hari dan briefing yang sebelumnya dijadwalkan untuk TOT (Training of Trainer) harus ditunda karena Zidan lupa untuk mendownload file bahan sosialisasi saat masih ada sinyal di Surabaya. Alhasil hari itu kami habiskan dengan bersantai di atas samudera. Ketika surya mulai tenggelam, lampu-lampu dari pulau Sulawesi pun mulai nampak seolah menyambut kedatangan kami. Tak lama kemudian, sesampainya di Pelabuhan Soekarno–Hatta, tim segera menuju ke perwakilan bus. Perwakilan sendiri adalah julukan dari agen PO bus di daerah ini. Setelah lamanya perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 8 jam dengan jalur yang cukup curam dan menegangkan, tim sampai di Kecamatan Makale, Tana Toraja pada pukul 05.00 pagi. Sesampainya di pemberhentian bus terakhir, tim segera berjalan menuju tempat penyewaan mobil yang akan digunakan sebagai mobilitas tim di Toraja.

 

bersambung ke Part 2 Pengarungan Puitis di Negeri Toraja

Syella April dan Benilde Siera, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras “Telisik Tirta Tana Toraja”, 2023.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.