Jumat, 11 Agustus 2023, yang menjadi hari terakhir kami berada di Toraja. Setelah sarapan bersama, tim berpamitan kepada Bang Somba selaku pendiri KPA Abadi dan yang sudah banyak membantu tim selama berkegiatan di Toraja. Menjelang siang sembari menunggu waktu sholat Jum’at, kami ditemani Bang Drybag memutuskan untuk berenang di Tilanga. Tilanga sendiri adalah sebuah tempat pemandian dengan air alam yang dingin dan memberikan kesejukan. Air kolam Tilanga yang berwarna kehijauan memiliki kejernihan yang luar biasa. Keunikan dari kolam ini adalah adanya beberapa belut berkuping (moa) yang disebut massapi. Saat waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, kami segera naik dan berbilas karena Zidan dan Lukman harus segera menunaikan ibadah sholat Jum’at. Selesai sholat kami menuju destinasi terakhir yang berada di Makale, Tana Toraja. Yaitu Patung Yesus Buntu Burake, patung ini adalah patung Yesus yang tertinggi di dunia karena berada di atas bukit setinggi 1.700 meter di atas permukaan laut dan memiliki tinggi 45 meter, yang terbuat dari coran perunggu. Patung ini dirancang oleh seniman asal Yogyakarta bernama Supriadi, dibantu oleh Hardo Wardoyo Suwarto. Selesai dari Burake, tim menuju sekretariat Mahakripa untuk mengantar Bang Drybag sekaligus berpamitan dengan teman-teman Mahakripa, sambil menunggu jadwal keberangkatan bus pada pukul 19.00 malam untuk menuju Makassar.

Saat waktu menunjukkan 19.05 WITA, tim segera menuju ke perwakilan bus untuk kembali ke Makassar dengan menggunakan bus Bintang Timur. Sama halnya saat berangkat, lamanya waktu yang kami tempuh untuk sampai di Makassar kurang lebih 8 jam. Namun, ada satu hal unik bus di Sulawesi Selatan dengan di Jawa: Bus di sini banyak menyalakan klakson bernada hampir di sepanjang jalan. Entah ini hanya kebetulan atau memang sebuah hal yang lumrah. Sabtu, 12 Agustus 2023, kurang lebih pukul 03.00 pagi, kami tiba di Terminal Makassar. Meskipun masih gelap, kami memutuskan untuk berjalan ke masjid terdekat untuk istirahat, mandi, dan sholat menunggu matahari terbit. Pukul 06.00 WITA, tim memutuskan untuk bersarapan dengan Coto Makassar. Ya, ini sudah menjadi planning teman-teman ketika keberangkatan menuju Toraja. Menggunakan taxi online, tim menuju ke Coto Makassar Nusantara yang letaknya tepat di depan Pelabuhan Soekarno–Hatta. Selesai sarapan, tim berjalan dengan sangat anggun dengan tujuan waktu berjalan lebih cepat dari jalan kami untuk menuju waiting room di Pelabuhan Soekarno–Hatta Makassar. Kurang lebih 6 jam lamanya tim bersantai sembari sauna di waiting room untuk menunggu kepastian kapal bersandar dan berlayar kembali pukul berapa. Akhirnya, pukul 13.00 siang penukaran tiket dibuka, dan tim masuk ke kapal motor Nggapulu dengan rute perjalanan selanjutnya yakni Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Sesampainya di kapal, seperti biasa Azra, Benil, dan bertambah Zidan serta Lukman banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Sedangkan aku, lebih banyak menghabiskan waktu di rooftop kapal terutama saat terbit dan tenggelamnya matahari. Kurang lebih 30 jam berlayar dengan siklus kehidupan: eat, sleep, repeat, akhirnya kapal bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Sesuai rencana, setelahnya kami menuju Tahu Tek yang juga menjadi topik hangat menu kuliner kami. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam Waktu Indonesia Barat, kami bergegas untuk moving ke Terminal Surabaya malam itu juga. Saat itu kami memilih menggunakan bus Eka yang melewati jalan tol untuk mengejar waktu tiba di Jogja. Karena pagi harinya adalah hari pertama kami masuk di semester ganjil (lagi), sedangkan Benil harus mengejar kuliah lapangan di Cilacap pada keesokan hari. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Kami semua tertidur pulas malam itu, hingga ada perubahan plan mendadak oleh Azra yang mengurus transport tim saat itu. Tibanya di depan Bandara Adi Sucipto, kami semua dibangunkan dan berencana akan turun di Jembatan Janti. Benar saja, kami semua turun semua, terkecuali Azra yang ternyata tidak turun saat itu. Ia janjian dengan temannya yang akan menjemputnya di ringroad barat. Bangun tidur yang cukup mengejutkan bukan? Setelah turun dan unloading barang dari bagasi bus, kami segera mungkin memesan taxi online untuk kembali ke sekretariat Mapagama. Setelah menunggu hampir 20 menit, tidak ada pergerakan oleh driver yang kami pantau melalui layar hp. Benar-benar mengawali hari dengan berjuta sabar. Akhirnya dengan menggunakan aplikasi lain kami memesan taxi online, tak lama kemudian, kami kembali dengan 10.000 kisah, dan tiba di sekretariat Mapagama tepat pukul 3 pagi.

Cerita ini melukiskan petualangan tim di tengah gemerlap alam Toraja, di antara jeram- jeram dan air terjun Sungai Mai;ting, rumah adat, hingga megalitikum kuno. “Melodi Sungai Mai’ting: Pengarungan Puitis di Negeri Toraja” menjadi kisah yang merekam jejak langkah kami, menyelami keajaiban dan keindahan sebuah petualangan yang penuh makna seperti khazanah budaya, membawa pesona dari kebesaran alam Toraja.

 

Syella April dan Benilde Siera, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras “Telisik Tirta Tana Toraja”, 2023.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.