Setelah dua tahun, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada akhirnya kembali dengan ekspedisi penelitiannya. UGM Research Expedition tahun ini menjadi kali kelima setelah pertama kali diadakan pada tahun 2017. Bersama dengan Yayasan Kehati, Biodiversity Warrior Kehati UGM, dan Saireri Paradise Foundation (SPF), Mapagama mengadakan ekspedisi ini dengan membawa dua penelitian, yaitu biotik dan abiotik. Mengangkat tema “Menelisik Si Cantik dari Papua”, kedelapan anggota tim bertolak ke Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua dengan cakupan penelitian mengenai burung cenderawasih dan potensi objek wisata di Kampung Sawendui. Arya Rahman (Teknik 2019), Atsil Tsabita Ismaningdyah (Ilmu Budaya 2019), Dian Novitasari (Ilmu Budaya 2019), Erdyan Nuringtyas (Geografi 2019), Harits Alam Maulana (Biologi 2019), Isma Rahmatia H Mergwar (Kehutanan 2018), Rayhan James Cellars (Psikologi 2019), dan Toto Karsius Karo-karo (Sekolah Vokasi 2017) meninggalkan Yogyakarta pada tanggal 17 Oktober 2021 setelah menjalani serangkaian regulasi terkait kondisi pandemi, yaitu isolasi mandiri prakeberangkatan dan tes PCR. Setelah menempuh rangkaian regulasi serupa dan perjalanan udara, darat, dan laut, pada tanggal 17 November 2021 tim menginjakkan kaki kembali di Yogyakarta.

Menggunakan metode point count dalam pengambilan data penelitian biotik, tim menyusuri sepuluh titik habitat burung cenderawasih kuning-kecil dengan total perjalanan mencapai 15 km di area hutan Kampung Sawendui. Harits Alam sebagai Kepala Peneliti Bidang Biotik berharap, penelitian yang dilakukan tim URE V ini dapat menjadi salah satu jalan promosi dan publikasi bagi konservasi satwa langka, khususnya burung cenderawasih kuning-kecil.

Di samping itu, seluruh anggota tim juga mengambil data penelitian pariwisata dengan basis metode kualitatif. Menurut Dian Novitasari, Kepala Peneliti Bidang Pariwisata, Kampung Sawendui memiliki berbagai potensi objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi sebuah daya tarik wisata. Jenis wisata yang dapat dikembangkan adalah wisata minat khusus, dilihat dari salah satu potensi wisata yaitu lokasi pengamatan burung cenderawasih. Pengunjung wisata jenis ini biasanya memiliki motivasi dan keahlian khusus yang dalam hal ini merupakan para pegiat dan pengamat burung, terutama cenderawasih.

Hasil kedua penelitian tim telah dipaparkan kepada pemerintahan setempat, terutama pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Kesatuan Pengelolaan Hutan, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Kepulauan Yapen. John Sahertian selaku Kepala Resort Serui BKSDA Yapen menutup, diharapkan melalui Mapagama, baik burung cenderawasih maupun satwa-satwa lainnya di area Yapen dapat mendapatkan perhatian khalayak lebih luas, tidak hanya di area Papua saja.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.