Tidak terasa, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Perjalanan yang memakan persiapan cukup panjang serta melelahkan. Setelah serangkain kegiatan tuntas, kami Tim Gladimadya Gama Agastya Agung resmi berangkat. Tim yang beranggotakan 7 orang, terdiri atas Ziyad, Niko, Bayu, Nandis, Intan, Jeffy, dan Sela, dengan diantar oleh teman-teman Mapagama bergegas menuju Stasiun Lempuyangan. Sambil menunggu kereta, sesekali kami berbincang. Bertukar senyuman juga kalimat-kalimat perpisahan. Memang tidak selama itu kami akan meninggalkan Jogja, tetapi di setiap kepergian pasti langkah menjadi berat.

Setelah menunggu sekitar 25 menit, kereta yang akan kami tumpangi pun tiba. Kami segera masuk ke dalam kereta, menata barang-barang dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Di antara penumpang lainnya, area kami lah yang paling penuh dengan barang bawaan. Untuk duduk pun kami berdesak-desakan satu sama lain. Kami berenam duduk saling berhadapan, sedangkan Ziyad duduk terpisah. Tak selang berapa lama kereta melaju. Perkiraan kereta akan tiba di Stasiun Ketapang pada pukul 20.00 WIB. Bisa dibayangkan kami harus duduk berdesakan dengan posisi yang kurang nyaman dalam waktu yang cukup lama. 

Di sepanjang perjalanan kami hanya tidur, makan, sambil sesekali bermain HP, tetapi lebih banyak tidurnya. Hingga terdengar pengumuman bahwa tujuan Stasiun Ketapang akan segera tiba. Kami terbangun dan bersiap untuk turun. Akhirnya setelah seharian berada di kereta, kami pun tiba. Kami menggendong carrier di punggung masing-masing dan membawa daypack serta barang lainnya di tangan segera turun untuk selanjutnya menuju Pelabuhan Ketapang. Jarak dari Stasiun Ketapang ke Pelabuhan Ketapang sekitar 5 menit ditempuh dengan berjalan kaki. Sambil menunggu Niko mencetak tiket kapal, Ziyad membeli makan malam untuk tim. Sisanya menunggu sambil menjaga barang bawaan. 

Setelah semuanya siap, tim bergerak menaiki kapal. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di Pelabuhan Gilimanuk. Kali ini ombaknya tidak terlalu besar sehingga tidak mengocok isi perut kami setelah makan. Tanpa terasa, kapal segera sandar. Ya, kami telah sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Di luar sana, banyak calo bus yang menawarkan kepada kami dengan harga yang cukup tinggi. Tentu kami tidak langsung menerima tawaran tersebut. Dengan berbekal bertanya pada satu dua orang, kami berjalan ke Terminal Gilimanuk yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan. Saat menunggu bus, kami ditanya tujuan kami akan ke mana. Saat tahu tujuan kami akan ke Sekretariat Wnaprastha Dharma (Universitas Udayana), kami diarahkan untuk menaiki bus yang berhentinya di Terminal Ubung sebab terminal itu yang jaraknya paling dekat dari Universitas Udayana.

Perjalanan dari Terminal Gilimanuk ke Terminal Ubung memakan waktu sekitar 4 jam. Kami tiba di Terminal Ubung pada pukul 04.25 WITA. Karena tidak enak hati bertamu dini hari, kami memutuskan beristirahat dahulu. Salah satu alarm berbunyi menandakan kami harus bangun dan bersiap. Pukul 06.45 gocar yang kami pesan tiba dan melaju menuju Sekretariat Wanaprastha Dharma. Tidak lupa aku mengirim pesan kepada Mas Jo (Ketua Mapala Wanaprastha Dharma) bahwa kami sedang menuju sekretariat. Ia tidak bisa menemui kami saat itu, tetapi ada anggota di sekretariat yang akan menyambut kami. Sesampainya di Sekretariat Wanaprastha Dharma, kami diantar masuk serta dipersilakan untuk beristirahat dahulu. Keadan sekretariat saat itu cukup sepi, mungkin karena masih terlalu pagi.

Memang sudah menjadi kebiasaan Mapala untuk menjamu dan menemani tamu. Anggota Wanaprastha Dharma sangat ramah dalam menjamu tamu, mereka menyambut dengan hangat. Kami saling bertukar cerita ditemani secangkir teh yang telah disiapkan. Sementara yang lain berbincang, aku ditemani salah satu anak Wanaprastha Dharma yaitu Bela, pergi membeli sarapan di sekitar sana. Makanan yang kubeli adalah nasi bungkus. Masyarakat Bali menyebutnya “Nasi Jinggo”. Selanjutnya kami makan bersama. Lalu pada pukul 12.30 Niko dan Ziyad pergi ke pasar membeli beberapa logistik konsumsi utuk pendakian. Di saat asik berbincang, datang anak-anak dari Mapala Mitra Satya Buana atau bisa disebut Mapala MSB. Perbincangan menjadi semakin seru. Namun, di tengah perbincangan Bang Sukir mengatakan bahwa yang akan menemani kami mendaki tidak hanya dia. Tim Gladimadya Gama Agastya Agung sontak terkejut. Yang benar saja, semua anak Hutan Gunung Mapala MSB yang berjumlah 5 orang akan ikut bersama kami. 

Aku bimbang. Bagaimana tidak, aku sebagai koordinator lapangan harus memutuskan apakah mereka boleh ikut bersama tim atau tidak. Dengan beberapa pertimbangan, salah satunya karena anak-anak Mapala MSB sudah pernah mendaki Gunung Agung 3-4 kali aku memperbolehkan mereka untuk ikut. Tentu dengan persyaratan, yaitu logistik serta keperluan mereka menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Setelah cukup lama pergi, Niko dan Ziyad kembali dari pasar. Lalu tak lama dari itu anak-anak Mitra Satya Buana berpamitan. Sudah lebih dari cukup, aku meminta izin kepada anak-anak Wanaprastha Dharma untuk melakukan packing logistik. Tentu saja mereka tidak keberatan dan mempersilakan kami untuk melanjutkan aktivitas sesuai yang telah kami jadwalkan. Selesai packing, dilanjutkan dengan makan dan evaluasi harian. Setelah itu, kami pun tidur.

bersambung ke Episode Kedua Cerita Gama Agastya Agung.

Tsaqifa Meftananda A., Tim Gladimadya Gunung Hutan: Gama Agastya Agung, 2022


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.