Pemanjatan

Dokumentasi Oleh: Katarina Rania

Tebing Songan berjarak 10 menit dari tempat kami menginap. Untuk kesana, kami harus melewati jalanan berupa tanah bebatuan di antara ladang bawang merah yang terbentang luas. Dengan motor yang kami sewa di Denpasar, kami bergegas untuk sampai ke Tebing Songan.

Sesampainya di sana, Yasmin dan Sasa langsung mempersiapkan diri dengan memakai harness dan membawa peralatan panjat. Hari ini Yasmin di-bellay Andhika dan Sasa di-bellay Daffa. Dua mahasiswi jagoan panjat ini nampaknya sempat merasa kesulitan dalam memanjat tebing megah dengan tinggi kurang lebih 30 meter. Jalur yang didominasi pegangan crimp dan pijakan yang sempit kerap memunculkan keraguan pada diri mereka. Yasmin nampak sangat kesulitan hingga akhirnya Andhika menggantikan Yasmin untuk memanjat di jalurnya.

Sembari mereka memanjat, aku memasang instalasi vertical documentation. Instalasi ini dipasang melalui jalur belakang pemanjatan. Lalu dari atas aku turun menggunakan descender. Usai memasang instalasi, Rania bersiap-siap untuk melakukan vertical documentation. Aku bersama Jacinda menerbangkan drone untuk mengambil berbagai macam footage untuk output perjalanan.

TOP!!! Teriak Sasa di sisi barat Tebing Songan. Aku dan Jacinda yang mendengar hal tersebut, langsung mendaratkan drone dan bergegas menuju area pemanjatan Sasa. Area ini dipenuhi oleh pohon setinggi 15 meter dengan daun yang lebat. Pada kondisi ini, terdapat resiko drone menabrak dedaunan. Aku sebagai pilot drone dan Jacinda sebagai co-pilot sangat berhati-hati dalam menerbangkannya. Aku fokus pada gambar yang ada di layar sedangkan Jacinda fokus mengarahkan mana tempat yang aman untuk memposisikan drone. Merasa tanggung akhirnya kami juga membuat konten disana. Sasa pun menjadi subjek dari konten kami. Dengan harness pada tubuh Sasa yang masih tergantung di ketinggian, Sasa berakting dan menyampaikan jargon andalan kami “Viva Mapagama so so so”.

Waktu menunjukkan pukul 17.00 WITA. Kami pun membereskan peralatan panjat kami dan memasukan kembali ke dalam duffle bag. Sesampainya di Balai Banjar, kami membersihkan diri di rumah Pak Nyoman, Kepala Dusun Desa Songan bagian A. Sembari menunggu giliran mandi, aku diundang masuk oleh Pak Nyoman ke dalam rumahnya. Awalnya aku menolak karena merasa sungkan, tetapi pada akhirnya aku menerima tawaran Pak Nyoman. Setelah berbincang-bincang dengan Pak Nyoman, aku mendapatkan informasi baru. Ternyata Desa Songan terbagi menjadi dua bagian. Bagian A dengan Pak Nyoman sebagai Kepala Dusun dan bagian B dengan Pak Komang sebagai kepala dusun. Tebing Songan sendiri berada pada kawasan Desa Songan bagian B sehingga Pak Nyoman tidak tahu banyak soal Tebing Songan.

 

bersambung ke Part 3 Harta Karun Tersembunyi di Pulau Dewata

 Michael Handoyo, Tim Gladimadya Panjat Tebing: Mapagama Climbing Expedition “Ambar Dwipa Dewata’”, 2023.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.