Ketika hari mulai terang, dengan menggunakan mobil agya kuning sewaan, tim segera menuju Pasar Sentral Makale sebagai destinasi pertama sesuai dengan skenario yang ada untuk membeli bahan masak, sarapan pagi, juga konsumsi pengabdian yang akan dilakukan hari itu juga. Selesai mengisi lambung di pagi hari, tim segera menuju PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Lestari Kamali yang menjadi tempat pengabdian kami, dimana letaknya tak jauh dari Pasar Sentral Makale. Sesampainya tim tiba di PKBM Lestari Kamali sudah banyak peserta yang hadir di sana. Kami disambut baik oleh teman-teman disana, terutama pengurus PKBM Lestari Kamali. Banyak hal menarik yang tim jumpai saat pengabdian. Yang paling terasa yaitu suasana yang jauh berbeda dengan Pulau Jawa, bangunan khas Masyarakat Toraja dengan ukiran khasnya yang menambah gagahnya bangunan itu di tengah hamparan sawah yang dihiasi banyaknya ekor kerbau yang jarang kami jumpai sebelumnya. Pukul 9.30 WITA, pengabdian dimulai. Tim melakukan sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan peserta siswa PKBM yang berusia 12-19 tahun. Penyuluhan berlangsung dan selesai sesuai dengan skenario yang sudah ter planning. Penyerahan plakat dan sesi foto bersama menjadi sebuah tanda bahwa acara selesai. Cukup tidak disangka ketika tim mendapat kenang-kenangan dari pihak PKBM. Songket dengan motif khas toraja bercorakkan merah dan putih membawa kebahagiaan tersendiri bagi kami. Selesai foto bersama, ada asupan lambung yang sudah disiapkan oleh pihak PKBM untuk tim.

Sesuai skenario, seusai pengabdian selesai tim segera melanjutkan perjalanan menuju Kecamatam Madong untuk survei start, exit, dan finish point. Namun tak disangka, ternyata kami harus jalanan dengan medan yang cukup sulit, berbatu, dan curam. Dengan mobil yang kami bawa saat itu tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan dan memaksa kami untuk mengganti rencana. Akhirnya tim memutuskan untuk tidak melanjutkan survei di exit point dan memutar arah untuk menuju KPA Abadi (Korps Pencinta Alam), dimana tempat untuk kami bermalam dan beristirahat hingga beberapa hari kedepan. Tiba di KPA Abadi, kami beristirahat sejenak untuk meredakan kelelahan hari itu. Saat malam tiba, sambil menikmati kopi Toraja yang hangat, kami melakukan briefing bersama teman-teman KPA dan Mahakripa (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Kristen Indonesia Toraja) terkait pengarungan yang akan dilakukan. Setelah cukup panjang, alhasil keesokan hari tim belum melakukan pengarungan karena akan melanjutkan untuk melakukan survei exit point dan menyelesaikan perizinan yang belum terlaksana. Tim dipecah menjadi tiga, di mana Benil dan Bang Grade menuju Sungai Mai’ting untuk melakukan survei dengan menggunakan sepeda motor, mengingat jalur darat yang dilalui memiliki medan yang cukup sulit, Zidan dan Lukman tetap

berada di sekretariat KPA untuk melakukan packing logistik, apa saja yang akan dibawa saat pengarungan, serta aku bersama Azra dengan menggunakan sepeda motor menuju Polsek Makale yang jaraknya cukup jauh dengan waktu tempuh kurang lebih  satu jam dengan menggunakan sepeda motor untuk menyerahkan surat pemberitahuan kegiatan.

Saat berada di Polsek, aku dan Azra banyak mendapat ‘wejangan’ dari petugas yang jaga saat itu. Pada intinya kita tetap harus menjaga sikap, hingga pada saat kami berpamitan, ada satu peribahasa yang beliau ucapkan “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” dan dilanjutkan ucapan hati-hati oleh beliau. Siang menjelang sore hari tiba, semua hal terkait survei dan perizinan selesai dilakukan. Kami kembali berkumpul di KPA Abadi terkecuali Bang Grade dan Benil yang langsung menuju start point Sungai Mai’ting. Pukul 15.00 sore kami berangkat menuju start point Sungai Mai’ting dengan menggunakan 1 mobil dan 1 pickup (untuk mengangkut perahu dan barang). Hari itu kami diantarkan oleh Bang Somba dengan mobilnya itu menuju Mesh PLTA Madong untuk bermalam, mesh ini menjadi bangunan terakhir yang ada di sana sebelum ke bibir Sungai Mai’ting. Kurang lebihnya pukul 18.00 sore kami tiba di Mesh PLA Madong setelah menempuh 2 jam perjalanan yang cukup ekstrem dan hanya kendaraan tertentu yang bisa melewatinya. Setelah itu tim segera unloading barang. Dari tempat pemberhentian mobil terakhir dengan mesh memakan waktu kurang lebih 5 menit dengan berjalan kaki. Setelah itu kami beristirahat sejenak sambil memasak untuk isi lambung di malam itu. Menu makan malam hari itu adalah ikan bolu-bolu bakar buatan Bang Drybag yang juga akan menemani kami mengarung esok hari. Setelah selesai makan seperti biasa tim menutup hari dengan evaluasi dan briefing. Lukman, Zidan, Benil, Bang Somba, Bang Kebo, dan Bang Drybag malam itu tidur di lantai bawah, Bang Grade di kamar lantai atas. Sedangkan aku dan Azra mendapat jackpot untuk tidur di kamar tamu milik mesh PLTA Madong.

 

bersambung ke Part 3 Pengarungan Puitis di Negeri Toraja

Syella April dan Benilde Siera, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras “Telisik Tirta Tana Toraja”, 2023.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.