Hari kedua berada di Desa Bonto Birao, tim melanjutkan kegiatan lapangan akhir dengan pemetaan Leang Pa’niki. Pemetaan Leang Pa’niki dianggarkan selama lima hari hingga tanggal 12 Agustus 2023. Tentu saja sebelum berangkat pemetaan, tim mengisi perut terlebih dahulu. Hidup berdampingan dengan tim KKN dari Unhas dan keluarga kepala desa sendiri menjadikan tim harus bekerja sama dalam penyediaan pangan untuk seluruh personel yang tinggal di rumah ini. Dengan jumlah penghuni mencapai 19 orang, pagi hari pun digunakan untuk bergelut di dapur bersama tim dapur KKN Unhas. Sedikit obrolan dengan tim KKN Unhas menghasilkan beberapa informasi penting bagi tim, salah satunya adalah tidak adanya warung yang menjual sayur di sekitar desa. Konsumsi sayur masyarakat Bonto Birao sepenuhnya bergantung pada mobil pick-up penjual sayur yang berkeliling dengan jadwal tak menentu. Atau jika memungkinkan, beberapa hari sekali kepala desa akan meminta tolong orang-orangnya untuk berbelanja sebab rumah kepala desa tidak pernah sepi kunjungan sehingga harus selalu tersedia bahan makanan. Pasar di desa ini hanya ada di hari Jumat, pun sering tak menentu sebab bergantung pada para pedagang yang mau naik ke desa ini. Pengaturan konsumsi tim selanjutnya pun harus menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Beruntungnya, tim telah membawa bahan makanan sehingga stok bahan pangan untuk setidaknya dua hari sudah aman. Pada hari pertama pemetaan ini, salah satu anggota KKN Unhas dan beberapa warga lokal turut menemani tim. Seluruh anggota tim kecuali Azarya masuk ke dalam gua, sedangkan Azarya berjaga di mulut gua ditemani oleh Kak Babul dan beberapa pemuda sekitar. Dari informasi yang didapatkan tim, Leang Pa’niki termasuk gua dengan aliran air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat sekitar juga sering masuk untuk menangkap ikan. Memasuki Leang Pa’niki, tim disambut dengan kolam air setinggi pinggang dan semakin ke dalam, air tersebut semakin tinggi. Ada beberapa kolam yang tinggi airnya mencapai leher sehingga harus sedikit berenang. Pelampung yang dibawa jauh-jauh dari Jogja sangat berjasa di sini. Sebab hari ini merupakan hari pertama pemetaan, kegiatan pun difokuskan pada eksplorasi gua. Tim menyusuri dan mengeksplorasi lorong gua yang akan dijadikan lorong utama pada pemetaan. Setelah sampai di ujung lorong yang akan dipetakan, tim beristirahat dan foto-foto terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, tim memulai untuk kegiatan pemetaan Leang Pa’niki hari pertama dengan metode bottom to top. Pada pemetaan kali ini, Kaizan berperan sebagai shooter, Jayu sebagai descriptor, Saphira sebagai stasioner, Binar sebagai sketcher, sementara Gandhi dan Haqqi sebagai dokumentasi. Tim memulai pemetaan sekitar pukul 12.30 WITA dan keluar pukul 16.00 WITA. Pada hari pertama pemetaan ini, tim berhasil memetakan kurang lebih ¼ panjang lorong gua. Setelah keluar gua, tim segera kembali ke rumah kepala desa untuk bersih diri. Sesampainya di rumah, ternyata pihak kapolsek yang sebelumnya telah dihubungi untuk mengurus perizinan sudah menunggu tim untuk mengobrol dan foto bersama. Akhirnya, tim memutuskan untuk berganti pakaian dan segera menemui pihak kapolsek untuk ramah tamah. Selesai ramah tamah dan foto bersama, tim bergantian untuk mandi lalu dilanjutkan untuk makan malam bersama dengan orang-orang yang ada di sana. Kegiatan tim di malam hari diisi dengan ramah-tamah dengan masyarakat disana, dilanjut eval-briefing kemudian istirahat hingga pagi.

Hari telah berganti dan tim akan melanjutkan pemetaan Leang Pa’niki. Rencananya tim akan memulai kegiatan pukul 09.00 WITA, tetapi ternyata bapak kepala desa akan mengadakan syukuran untuk anak bungsunya yang dipanggil “Abo’”. Syukuran diadakan lantaran Abo’ berulang tahun sehingga tim memutuskan untuk ikut membantu mempersiapkan acara tersebut sebelum akhirnya melanjutkan kegiatan. Tim kembali bergulat di dapur bersama tim KKN Unhas. Melalui tukar obrolan mengenai budaya dari daerah masing-masing, rupanya persiapan syukuran ini hampir sama seperti di Jogja. Nasi kuning dan lauk pauknya menjadi fokus memasak kali ini hingga akhirnya tim undur diri untuk melanjutkan kegiatan pemetaan. Pukul 11.40 WITA tim memulai pemetaan. Masih sama seperti kemarin, Azarya berjaga di depan, sedangkan yang lain masuk ke dalam gua. Sementara tim yang berada di dalam melangsungkan pemetaan, Azarya mengobrol bersama beberapa orang yang menemani sembari menikmati keindahan area mulut gua. Kupu-kupu beterbangan dan cahaya matahari menyelip di sela dedaunan pohon yang tumbuh di mulut gua. Kebetulan Bonto Birao berdekatan dengan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung sehingga kupu-kupu dari taman nasional kerap singgah di desa ini. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WITA dan tim dari dalam gua telah menyelesaikan kegiatan pemetaan hari itu. Tim pun segera kembali ke rumah kepala desa untuk cuci alat, bersih diri, dan makan. Sampai di rumah, nasi kuning yang dibuat tadi pagi menjadi santapan untuk mengisi perut yang lapar setelah berendam dalam air gua seharian. Malamnya, tim melanjutkan kegiatan dengan evaluasi harian, briefing, dan pengolahan data. Dari pengolahan data yang didapat, tim sudah memetakan gua kurang lebih sepanjang 902 meter. Setelah kegiatan hari itu selesai, tim kembali berbincang- bincang dan ramah tamah seperti biasa dengan teman-teman yang ada di rumah kepala desa. Kebetulan, malam itu tim diajak untuk pergi ke balai desa untuk mengecek lokasi kegiatan Tri Dharma lusa. Evaluasi dan briefing pun diselesaikan tim di balai desa ini sambil mencamil sempol yang dibeli dari warung sebelah. Kemudian, tim diajak menuju Bukit Pa’bo. Lokasi yang tentu saja bebas dari polusi cahaya itu menjadi tempat tim beristirahat sejenak sembali mengabadikan langit yang penuh gemintang. Setelah semuanya selesai, tim kembali ke rumah dan lanjut berisitrahat hingga pagi. Hari Kamis, 10 Agustus 2023, merupakan hari ketiga pemetaan. Seperti biasa, seluruh anggota bangun pagi kemudian bersiap diri. Tim membagi tugas untuk siapa yang membantu masak dan mencuci piring perharinya. Setelah bersiap diri, tim mulai berangkat menuju gua pukul 09.30 WITA dan memulai pemetaan pukul 09.50 WITA. Selama melakukan pemetaan ini, tim selalu ditemani oleh warga lokal atau mahasiswa Unhas yang sedang KKN. Hal tersebut berlaku bagi tim yang masuk ke dalam gua, maupun yang berjaga di mulut gua. Pada awalnya, tim menganggarkan lima hari untuk pemetaan Leang Pa’niki. Rupanya, pada hari ketiga ini lorong utama Leang Pa’niki sampai ke entrance sudah selesai dipetakan. Karena masih ada cukup waktu, tim memutuskan untuk menambah lorong cabang untuk dipetakan. Akhirnya, Kaizan, Jayu, Saphira, dan Binar masuk kembali ke dalam gua untuk memetakan lorong cabang. Sebelum memetakan, tim telah menentukan terlebih dahulu lorong mana yang akan dipetakan kemudian dipilihlah lorong kedua dan ketiga. Kedua lorong cabang yang dipetakan tersebut ternyata tidak terlalu panjang, dan di ujung salah satu cabang itu terdapat kolam. Setelah selesai memetakan kedua lorong cabang tesebut, Kaizan, Jayu, Saphira, dan Binar lanjut dengan foto-foto terlebih dahulu sebelum akhirnya keluar dan pemetaan pun selesai. Dengan demikian, pemetaan Leang Pa’niki selesai dalam tiga hari. Setelah selesai, tim kembali ke rumah kepala desa. Sunset yang cantik mengiringi perjalanan tim kembali ke rumah sekaligus menutup kegiatan pemetaan kali ini. Sampai di rumah, seperti biasa tim melakukan cuci alat, bersih diri, dan segera mengisi perut. Setelah mengisi perut, seperti biasa tim melangsungkan eval-briefing kemudian istirahat.

Hari berikutnya adalah saat untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tim memulai persiapan dari pukul 07.00 WITA. Kegiatan Tri Dharma ini berlokasi di balai desa yang berada tepat di depan lapangan desa. Balai desa memiliki posisi bangunan yang lebih tinggi daripada lapangan yang pada saat itu adalah hamparan luas rumput yang menguning. Pegunungan di kejauhan dapat terlihat dari balai desa dan seolah menjadi latar pemandangan lapangan desa. Lapangan desa pada hari Jumat itu memiliki pemandangan lain, yaitu pasar dadakan. Pasar dadakan pagi itu hanya terdiri dari 2 mobil pick-up yang menjual kebutuhan pokok. Tim sungguh beruntung bisa menyaksikan pasar dadakan ini, sebab setiap Jumat pun belum tentu para pedagang mau naik ke desa yang jaraknya 2-3 jam dari pasar induk terdekat. Tri Dharma yang semula direncanakan pada hari Minggu harus berubah menjadi Jumat pagi sebab menyesuaikan kegiatan sehari-hari masyarakat sekitar. Akhir minggu digunakan untuk masyarakat pergi ke ladang dan pagi hari di hari Jumat menyesuaikan dengan waktu ibadah solat Jumat. Tri Dharma ini berbentuk sosialisasi yang berjudul “Tata Cara Pengajuan Kelegalitasan Nomor Izin Berusaha (NIB) sebagai Awalan dalam Memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR)” dengan sasaran masyarakat dan Karang Taruna Desa Bonto Birao, terutama yang sudah memiliki usaha dan ingin mengembangkan usahanya. Pada kegiatan Tri Dharma ini, Kaizan dan Jayu bertugas sebagai pemateri, Saphira sebagai MC, Binar sebagai operator dan notula, Azarya sebagai notula, serta Gandhi dan Haqqi sebagai dokumentasi. Setelah materi disampaikan oleh Kaizan dan Jayu, praktik langsung bersama masyarakat yang hadir juga dilakukan untuk mendapatkan NIB melalui aplikasi bernama OSS. Selama pembuatan NIB, beberapa orang mengalami kendala sehingga kondisi sempat sedikit hectic oleh ibu-ibu yang kebingungan. Namun, setelah dibantu oleh tim akhirnya NIB pun berhasil terbit. Masyarakat yang sudah memiliki usaha dan ingin mengembangkan usahanya terlihat sangat antusias untuk mendapatkan NIB ini sehingga mereka sangat senang saat NIB sudah berhasil terbit. Sebanyak sebelas NIB berhasil terbit dari masyarakat Bonto Birao yang dibantu oleh tim. Kegiatan Tri Dharma selesai pada pukul 10.50 WITA, lebih cepat dari perkiraan. Tim pun lanjut beberes lokasi kegiatan. Setelah semua selesai, tim kembali ke rumah kepala desa. Usai kegiatan Tri Dharma, tim memiliki waktu luang sehingga pemuda setempat dan tim KKN Unhas mengajak untuk datang ke lapangan desa. Akhirnya, beberapa anggota tim pergi ke lapangan untuk menikmati suasana menjelang 17 Agustus. Warga setempat terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang diprakarsai pemuda-pemudi di sana. Para ibu-ibu juga menjadi peserta dalam perlombaan memukul lesung padi atau yang biasa disebut dengan “Padendang”. Anggota tim yang dipertontonkan budaya tersebut tak luput untuk mengambil footage. Malamnya, seperti biasa tim berbagi tugas untuk memasak dan mencuci piring, tim juga banyak mengobrol bersama teman-teman KKN yang ada di sana. Setelah itu, tim melakukan eval dan briefing untuk hari berikutnya. Sebenarnya, kegiatan untuk memenuhi capaian tim sudah selesai semua di tanggal 11 Agustus 2023 ini. Tetapi, karena tim masih mempunyai cukup banyak waktu, akhirnya tim memutuskan untuk menambah kegiatan eksplorasi permukaan di hari esok. Setelah selesai briefing, tim segera beristirahat hingga pagi.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.