‘Masa muda adalah masa yang berapi-api’ begitu kata sang raja dangdut, Rhoma Irama. Puncak kejayaan manusia adalah masa muda. Salah satu kejayaan yang bisa terlihat adalah dari kekuatan yang dimiliki. Terlahir sebagai bayi yang belum bisa berbuat banyak kemudian mulai merangkak, belajar berdiri, kemudian berlari. Kemudian masa muda, masa puncak untuk tenaga yang dimiliki, masa ini dikatakan masa yang berapi-api. Setelah lanjut usia menjadi sulit berjalan, respons yang tidak secepat saat muda, dan akhirnya kemampuan menurun, jika digambarkan sebagai kurva, kurvanya akan seperti gunung, naik setelah mencapai puncak akan kembali turun.

salah satu senior mapagama

Namun begitu, masa senja tak menurunkan keuletan, bisa jadi keuletan semanin menjadi-jadi! Tua-tua keladi, semakin tua semangat semakin menjadi. Mungkin itu yang pantas untuk pendakian semeru MAPAGAMA oleh para generasi pendiri sampai generasi yang terbaru. Umur boleh lebih tapi akan semakin muda semangat dan keuletannya. Pendakian ini dilengkapi dengan puncak mahameru. Dengan rambut yang tak lagi hitam, yang memberikan tanda bahwa orang sudah tak muda lagi.

Kembali saat-saat 20 tahun lalu, pendakian ini memang dalam suasana nostalgis dan family gathering oleh keluarga MAPAGAMA. Memang tekad sejak dari perencanaan adalah menjadi orang tertinggi seJawa. Dan memang seperti celoteh biasa, saat itu. Setelah sampai di Ranu kumbolo sempat terengah-engah, “wah delok-delok sesok lah, nek kesele mari yo munggah sak tekane”, begitu kata sebagian senior. Tapi memang semangat masa muda yang berapi-api, di pagi hari saat ranu kumbolo diselimuti kabut kami yang masih tertidur rapi (para muda-mudi_red) terganggu dengan guyonan mas-mas dan mbak-mbak senior.  Ternyata kelelahan kemarin sore telah hilang bersama kabut pagi ini, berganti dengan hangatnya sinar mentari, semangat 20 tahun lalu! Packing dan cek kelengkapan pun dilakukan, kemudian segera menatap tanjakan cinta yang konon katanya cinta akan langgeng jika berhasil melewati tanjakan ini tanpa menoleh. Ya, tapi sebenarnya betapa indah ranu kumbolo dari tanjakan cinta, mungkin yang menoleh akan lebih mencintai ranu kumbolo dari pada yang lain. Kemudian oro-oro ombo, kali mati, arca pada, dilalui dengan semangat. Padahal saat itu hujan mengguyur seharian, tapi tak melunturkan semangat kami (para sesepuh_red).

Hari berikutnya, dini hari mulai pendakian ke mahameru! Setelah subuh kami berada di 3676 mdpl, puncak tertinggi gunung seJawa, sesaat kami menjadi orang tertinggi seJawa. Alhamdulillah cuaca sangat cerah, tapi kami tak bisa berlama-lama di puncak karena angin sangat kencang dan sangat menambah dinginnya pagi itu. Setelah berfoto-foto kemudian kami turun dengan target langsung menuju ranupane. Sempat berhenti di ranu kumbolo untuk makan siang, senyum kami disini dsambut oleh pelangi di atas danau ranu kumbolo. Setelah itu perjalanan dilanjutkan sampai ranu pane, sore saat itu menjadi penayambut di basecamp ranu pane.

Kurva yang seperti gunung itu bukan untuk semangat dan keuletan, hal ini terbukti disini. Bahwa usia tak menurunkan semangat untuk perpetualang, masih sama dengan 20 tahun yang lalu. Ketika masa muda yang menjadi kekuatan untuk berpetualang pun dengan saat ini, walaupun masa muda sudah lewat 20 tahun yang lalu tapi tak akan surut jiwanya. “masa tua masih masa yang berapi-api” begitu kata para senior MAPAGAMA. (ysr)

foto oleh agus satriawan


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.