ilustrasi

Iseng-iseng saya membuka buku elektronik tentang GPS yang baru saya unduh siang hari tadi, karena memang berhubungan dengan tugas akhir saya, sekarang ini saya banyak bergaul dengan alat untuk mencari informasi lokasi ini.

Dengan segala kemudahan yang di tawarkan,  Global position system (GPS) memudahkan para penggunanya untuk sekedar mengetahui lokasi dirinya saat itu juga, menunjukan arah kemana si pengguna akan berjalan, atau sekedar mencari nilai ketinggian dari tempat yang ingin di ketahui.

secara sederhana GPS bisa di katakan Kompas, Peta, dan protaktor dalam satu alat, system yang di kembangkan oleh departemen pertahanan Amerika Serikat ini mampu menapilkan informasi yang di tampilkan oleh peta, mampu menunjukan arah balik kompas, dan mampu menskalakan peta layaknya protaktor.

Teringat waktu saya gladimula (diklatsar) dulu, saya di ajari bagaimana ilmu untuk memanfaatkan peta dan kompas, populernya IMPK atau Ilmu medan peta dan kompas. Berbekal peta rupa bumi Indonesia, sebuah kompas type bidik serta protaktor plastik sederhana, saya di ajarkan bagaimana melakukan resection, intersection, countouring dan modify resection. Istilah-istilah tadi mungkin tidak asing bagi para pendaki gunung yang sudah pernah belajar tentang IMPK.

Saat itu kebanyakan rekan sekelompok saya masih awam untuk Ilmu semacam ini, bahkan ada pula yang baru mengetahui protaktor dan baru pertama kali memegang kompas, aplikasi ilmu IMPK yang saya dapat kala itu lebih banyak saya gunakan saat berkegiatan di gunung, tidak hanya untuk menentukan titik dimana saya berdiri dalam peta, melainkan untuk mengtahui tempat tepat harus mendirikan tenda.

Berbeda saat gladimula, ketika saya mendaki guung merapi di medio 2009, saya memasukan GPS pada daftar alat yang saya bawa dari jogja, kala itu GPS pinjaman teman sengaja saya bawa mendaki dengan tujuan menguji efektifitas penggunaan  GPS dengan IMPK konvensional, kala itu saya hanya perlu menekan beberapa tombol di GPS merk Garmin yang saya bawa untuk mengetahui lokasi dimana saya berdiri, jauh lebih cepat dari teman saya yang menggunakan metode resection untuk mengetahui lokasi saat itu.

Selain itu saya juga mencoba merekam jejak perjalanan dengan menggunakan menu yang ada, secara kontinyu alat ini merekam jejak perjalanan saya dan bisa saya saksikan di layar monokrom GPS bertipe etrek ini. Sepintas sama seperti saya menggambarkan garis jalur yang saya lalui dip eta, akan tetapi rekaman alat ini lebih enak di lihat dan bisa ubah skalanya sesuai kebutuhan.

Untuk masalah efisiensi dan efektifitas, GPS lebih unggul di banding denga IMPK biasa, akan tetapi masalah timbul kala itu, batterai GPS yang saya bawa ternyata tidak bisa bertahan lebih dari 2 hari, tepat di hari ketiga GPS yang saya bawa sudah tdak bisa di gunakan lagi karena habis batterai. Sedangkan teman saya masih bisa melakukan ploting lokasi di peta.

Dua contoh kasus yang saya alami di atas setidaknya meberikan perbandingan antara menggunkan GPS dengan menggunakan IMPK , GPS boleh unggul untuk segi efektifitas dan efisiensinya, akan tetapi IMPK juga menjad ilmu wajib bagi para pendaki gunung dengan segala resiko yang bisa timbul. Banyak kasus pendaki gunung yang disorientasi medan karena tidak menguasai ilmu ini.

Mendaki gunung dengan atau tanpa menggunakan GPS memang menjadi sebuah subjektifitas, ketika sudah bisa di gantikan dengan peta dan kompas, GPS sudah di rasa tidak perlu lagi. Akan tetapi menggunakan GPS juga bisa menghemat banyak waktu saat ploting lokasi serta banyak informasi tambahan yang bisa kita dapatkan dengan menggunakan GPS.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.