Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras atau yang biasa disingkat dengan nama ORAD akhirnya bisa berangkat Gladimadya. Kami diberangkatkan setelah melalui serangkaian panjang latihan di lembah, try out setiap weekend selama dua bulan lamanya, asesmen dari Progo Hulu di Temanggung hingga Sungai Progo atas di Magelang, dan presentasi keberangkatan di depan forum Mapagama. Gladimadya sendiri merupakan rangkaian pendidikan lanjutan Mapagama setelah Gladimula atau pendidikan dasar dengan tujuan mendapatkan ilmu pendidikan teknis tingkat lanjut. Kami melakukan Gladimadya ini sesuai divisi yang sudah dipilih ketika kami baru menjadi anggota Mapagama. Ketika forum memperbolehkan kami berangkat, kami merasa senang karena perjuangan kami selama berbulan-bulan lamanya untuk menyelesaikan kurikulum pendidikan ORAD sudah tinggal beberapa langkah lagi. Tim Gladimadya ORAD yang terdiri dari Nadhif, Lukman, Audrey, Mayang, serta pendamping Gladimadya kami yaitu Mas Nugie dan Mas Hendra berangkat menuju Pemalang tepatnya ke Basecamp Rainbow Rafting pada Sabtu, 24 Juli 2022. Akan tetapi, Mayang tidak bisa ikut dikarenakan ia tergabung dalam ekspedisi Mapagama yang ketika itu juga akan berangkat. Pada saat hari keberangkatan Gladimadya, aku dan tim Gladimadya-ku (kecuali pendamping kami) justru terkena diare akibat meminum air sungai di Progo Hulu. Dengan demikian, ketika persiapan keberangkatan hingga hari keberangkatan pun kami saling back up dikarenakan kondisi kami yang secara bergantian masih drop.
Keberangkatan tim kami dibagi menjadi dua kloter. Kloter pertama beranggotakan Lukman dan mas Nugie yang berangkat lebih dulu membawa barang-barang logistik ORAD menggunakan mobil mas Nugie, lalu kloter kedua beranggotakan Audrey, Zahra, Nadhif, dan Mas Hendra yang berangkat menggunakan kereta api. Kami berangkat pukul 06.30 WIB menuju Stasiun Lempuyangan dengan diantarkan oleh anak-anak sekre. Kereta kami berangkat pada pukul 07.00 WIB dengan menggunakan kereta Joglosemarkerto. Sambil menunggu kereta tiba, aku dan Audrey sarapan terlebih dahulu. Kami yang biasanya makan dengan porsi kuli namun pada hari itu kami tidak berselera makan karena keadaan kami setelah diare belum sepenuhnya membaik dan itu juga berpengaruh kepada selera makan kami, sedangkan Nadhif dan Mas Hendra seperti biasa merokok di warung depan dan kembali ke stasiun sebelum pukul 07.00 WIB.
Pukul 06.50 WIB kami mulai check-in dan ternyata kereta kami masih belum tiba. Aku sebagai PJ dokumentasi pada hari itu sibuk mendokumentasikan kereta yang berlalu-lalang, lalu Nadhif dengan santainya meminta izin kepada kami untuk membeli Roti-O terlebih dahulu. Tidak lama dari kepergian Nadhif, kereta pun tiba dan kami mulai was-was karena kereta hanya menunggu sebentar lalu akan segera berangkat. Untung saja ia datang tepat waktu meski harus dengan lari terburu-buru. Kemudian kami berempat masuk ke kereta dan duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket. Selama perjalanan, tidak banyak yang kami lakukan. Kami menghabiskan waktu dengan tidur karena memang sebetulnya kami masih kelelahan dan kurang tidur setelah melakukan asesmen dilanjutkan dengan presentasi keberangkatan ke forum, ditambah lagi dengan tugas-tugas kami yang banyak selama UAS. Aku sering terbangun ketika kereta berhenti di stasiun kota lain sekaligus merasa was-was karena Mas Hendra yang setiap kereta berhenti, ia juga ikut turun untuk merokok di luar. Aku takut kalau saja Mas Hendra tertinggal kereta.
Di sisi lain, kloter pertama yang menggunakan mobil ternyata mengalami hal tak terduga. Mas Nugie baru menyadari bahwa pada action cam yang ia pinjam terdapat salah satu alat yang tidak lengkap sehingga ia harus mencari dulu di Semarang dan itu cukup memakan waktu. Namun, untung saja kloter pertama tetap tiba lebih dulu daripada kami kloter kedua. Kloter kedua tiba di Pemalang pada pukul 12.32 WIB. Keluar dari stasiun kami disambut dengan panasnya kota Pemalang. Melihat mas Nugie yang sepertinya masih lama menjemput, akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di warung depan stasiun. Ketika itu kami berempat memesan menu yang sama yaitu opor ayam. Cukup lama kami berada di warung tersebut hingga kami tertidur di warung dengan posisi kepala yang diletakkan di meja makan. Kami menunggu mas Nugie sekitar 1 jam karena posisi mas Nugie yang baru saja unloading barang logistik di basecamp Rainbow Rafting kemudian dilanjutkan menuju stasiun Pemalang untuk menjemput kami. Akhirnya mas Nugie pun tiba sekitar pukul 14.15 WIB lalu kami segera memasukkan tas carrier kami ke bagasi. Selama di perjalanan, kami hanya diam karena merasa mengantuk setelah makan siang ditambah keadaan kami yang masih belum membaik. Perjalanan menuju basecamp Rainbow Rafting macet dikarenakan ada perbaikan jalan. Kami tiba di Basecamp Rainbow Rafting pada pukul 15.00 WIB kemudian kami langsung menurunkan tas carrier kami dan beristirahat sebentar di dalam.
Cuaca di Rainbow Rafting pada saat kami tiba berbeda jauh dengan kota Pemalang. Di sana angin bertiup sepoi-sepoi, cuaca langit berawan, dan udara sejuk. Kami beristirahat sambil memainkan kartu Uno yang dibawa oleh Mas Nugie. Kami main dengan sangat seru hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, mau tidak mau kami harus mengakhiri permainan ini. Kemudian kami semua survei titik start sungai yang akan kami arungi esok hari. Titik start sungai tidak begitu jauh dari tempat Rainbow Rafting, kami pergi ke sana menggunakan mobil. Sesampainya di titik start, kami cukup kagum dengan kejernihan air yang ada di sana. Di sana juga kami bertemu dengan para pemancing. Musim kemarau mengakibatkan debit air sungai normal, sehingga bisa dipastikan kami besok bisa mengarung. Tidak lama kami berada di titik start karena hari yang sudah mulai gelap, sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Rainbow Rafting. Setelah sholat maghrib, kami didatangi oleh pemilik Rainbow Rafting, Mas Wisnu dan bapak lurah Randudongkal yaitu Pak Rosikin. Kami menyampaikan tujuan kami di Pemalang sekaligus meminta izin untuk menginap di basecamp dan perkataan kami direspon dengan baik oleh kedua orang tersebut. Mas Wisnu bercerita ke kami bahwa dulunya Rainbow Rafting sering di datangi oleh anak-anak mapala, namun semenjak pandemi, sudah jarang mapala yang mengunjungi Rainbow Rafting. Kami bercakap-cakap tidak terlalu lama. Sebelum pergi, kami memberikan oleh-oleh yang kami bawa dari Jogja kepada Pak Rosikin dan Mas Wisnu. Agenda kami selanjutnya adalah makan malam. Kala itu kami membagi tugas, ada yang memasak dan ada yang pergi ke apotek untuk membeli obat-obatan diare demi kelancaran mengarung esok hari. Sesuai rundown setelah makan malam, kami melakukan evaluasi dan briefing untuk kegiatan esok hari dan sesuai arahan korlap kami harus tidur pada pukul 23.00 WIB dan bangun pada pukul 06.00 WIB.
bersambung ke Episode kedua Cerita Unexpected Comal
Azahra Safaanah, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras: Unexpected Comal, 2022
PS. Tonton lebih lanjut keseruan Gladimadya mereka di sini!
0 Comments