(Episode terakhir dari Cerita Unexpected Comal)

Jumat, 30 Juli 2022 menjadi hari kepulangan ke Jogja. Rasanya senang namun juga sedih karena waktu seminggu yang kami habiskan di Pemalang sangat berkesan. Kami mulai sarapan pukul 06.30 WIB, kemudian berangkat ke terminal Randudongkal pada pukul 07.30 WIB. Kepulangan kami sama seperti ketika berangkat, yaitu dibagi dua tim. Hanya saja, Nadhif bertukar dengan Lukman sehingga Lukman ikut pulang ke Jogja naik kereta. Kami tidak sempat berpamitan kepada para operator karena banyak operator yang masih tidur sehingga tim yang menggunakan mobil-lah yang akan berpamitan sekaligus menyerahkan peta jeram Sungai Comal kepada salah satu operator. Untuk menuju stasiun Pemalang, kami memilih menggunakan bus kota. Kami tim satu diantarkan oleh Mas Nugie menuju terminal Randudongkal,  Setelah menemukan bus kota kami akhirnya berangkat. Perjalanan dari Randudongkal sampai di stasiun Pemalang kurang lebih 1,5 jam. Aku sangat menikmati perjalanan menuju Pemalang karena melewati hutan dan angin yang sepoi-sepoi membuat mata mengantuk. Kami tiba di Pemalang pada pukul 09.30 WIB dan ternyata bus tidak bisa berhenti di depan stasiun Pemalang. Sehingga kami harus jalan lumayan jauh untuk sampai di stasiun Pemalang. Kami jalan ditengah teriknya matahari dan itu membuat kami lebih cepat Lelah. Kami mampir membeli es degan sekaligus mampir ke warung untuk membungkus makan siang.

Kami tiba di stasiun Pemalang pada pukul 10.00 WIB dan masih harus menunggu kereta sekitar 45 menit karena kereta kami berangkat pada pukul 10.50 WIB. Sambil menunggu kereta datang kami sibuk menghabiskan es degan dan jajan gorengan di depan stasiun. Ketika panggilan kereta terdengar, kami baru check-in dan naik ke gerbong yang sesuai pada tiket. Selama di kereta aku tidak bisa tidur seperti ketika berangkat kemarin karena merasa tidak nyaman dengan posisi dudukku sendiri. Aku justru merasa pegal sehingga membuat tidak nyaman untuk tidur dan itu juga dirasakan oleh Audrey. Karena tidak bisa tidur, aku menghabiskan waktu dengan bermain hp dan mendengarkan lagu. Tim 2 yang menggunakan mobil baru berangkat dari Pemalang pada pukul 13.00 WIB. Tak lupa mereka live location agar kami bisa memantau. Akhirnya kereta tiba di Stasiun Lempuyangan pada pukul 16.45 WIB. Kami dijemput oleh Benaya mengunakan mobilnya. Selama perjalanan menuju Sekretariat Mapagama kami asyik bercerita mengenai pengalaman kami di Pemalang dan Benaya juga menceritakan kegiatan Gladimadya Paralayangnya di Bogor. Kesimpulan dari cerita kami adalah kami semua menikmati kegiatan Gladimadya ini. Meskipun perjalanan untuk bisa berangkat Gladimadya tidak mudah, namun ternyata kami semua bisa melewatinya. Setibanya kami di Sekretariat Mapagama kami langsung menurunkan tas carrier kami dan menaruhnya di ruang tengah. Saat itu keadaan sekre berantakan karena 3 divisi dalam waktu dekat baru saja pulang dari Gladimadya dan divisi Caving  baru akan berangkat Gladimadya. Selama di sekre, sambil menunggu tim dua dating,  kami asyik bercerita mengenai pengalaman kami kepada anak-anak Gunung Hutan. Begitu pula anak-anak Gunung Hutan, mereka juga menceritakan kesulitan mereka selama naik Gunung Agung. Pukul 18.00 WIB tim dua tiba di Sekretariat Mapagama, dan ternyata jarak tiba kami tidak terlalu jauh. Kami bergegas mengeluarkan barang-barang, memompa perahu dan mengembalikan semua logistik tim ke tempat asalnya. Selesai dari itu, kami melakukan evaluasi kegiatan kami. Kami benar-benar merasa senang karena kegiatan lapangan Gladimadya kami telah selesai, ditambah dengan sisa uang kami yang cukup banyak sehingga iuran ketika berangkat kemarin bisa langsung dikembalikan.

Aku pribadi merasa terharu ketika sudah mau pulang ke rumah karena teringat proses panjang dari Gladimadya ini. Mulai dari bagaimana kami menyusun jadwal agar kami semua bisa latihan dan try out bersama dan pengorbanan agar kami tetap bisa melakukan latihan atau try out. Selain itu, manajemen yang selalu menyita banyak waktu dan pembuatan skenario yang cukup memusingkan ditambah dengan revisi-revisinya. Selama merancang Gladimadya, banyak hal yang telah kami lalui. Hal itu mulai dari danusan menjadi kurir laundry, jualan baju di pasar Kranggan, try out setiap Sabtu-Minggu yang membuat kami tidak bisa bermain dengan teman-teman di luar Mapagama. Selain itu, terdapat pula hal yang tidak sesuai dengan rencana awal kami, salah satunya adalah mengenai tempat Gladimadya yang semula kami merencanakan di Sungai Nimanga, Sulawesi namun harus berakhir di Sungai Comal, Pemalang karena terkendala biaya. Meskipun begitu aku tidak menyesal dengan itu karena menurutku yang penting esensi dari Gladimadya ini tetap bisa kami dapatkan.

 

 Azahra Safaanah, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras: Unexpected Comal, 2022

 

PS. Tonton lebih lanjut keseruan Gladimadya mereka di sini!


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.