Kami berangkat ke Hambalang pada sore hari dengan membawa perlengkapan berkemah. Perjalanan ke Hambalang memakan waktu sekitar tiga jam. Sesampainya di sana, kami mendapat informasi bahwa Hambalang sedang tidak bisa dibuat untuk penerbangan karena adanya masalah kontrak. Hal tersebut tentunya merugikan kami, tetapi warga setempat menyarankan kami untuk melihat tempat take off baru yang sedang dalam masa pembuatan. Akhirnya, hari itu kami memutuskan untuk tidur dan pergi ke tempat yang direkomendasikan pada keesokan harinya. Besoknya, kami segera bersiap siap ke tempat take off baru dengan arahan yang telah diberikan warga setempat. Perjalanan ke areanya cukup sulit karena jalanan yang sempit dan kami menggunakan mobil. Namun, pada akhirnya kami berhasil sampai ke tempat yang dituju. Di sana kami hanya mengambil gambar dan titik koordinat untuk keperluan pembuatan peta site dan langsung menuju area landing. Mencari area landing lebih sulit daripada take off. Kami sampai berputar-putar cukup lama dan bertanya ke beberapa warga sekitar hingga akhirnya sampai ke tempat yang ternyata berada di tengah kebun. Kemudian kami langsung mengambil gambar dan titik koordinat saja karena cuaca sangat terik. Setelah keperluan pembuatan peta site selesai, kami memutuskan untuk makan siang di salah satu mall, yaitu Aeon Mall. Setelah itu, kami bergegas menuju Lawalata, IPB untuk berkunjung dan bermalam disana.

Sesampainya di Lawalata, kami disambut hangat oleh mereka. Kami disuguhi makanan dan minuman. Kami pun saling bertukar cerita dan pengalaman. Selalu menyenangkan untuk bisa bertemu dengan teman-teman mapala lainnya. Setelah berbincang sampai tengah malam, kami dipersilakan untuk tidur. Kami langsung beristirahat, walaupun ada beberapa yang masih berbincang sambal bermain PS. Keesokan harinya, kami langsung bersiap-siap untuk berangkat menuju ke tujuan selanjutnya. Tujuan kami selanjutnya yaitu Mapala UI. Perjalanan menuju Mapala UI memakan waktu yang lumayan lama karena macet. Setibanya di Mapala UI, seperti Lawalata, kami disambut hangat oleh mereka. Kami kembali berbincang-bincang dan bertukar cerita sampai makan malam tiba. Kami diajak untuk makan di warung dekat sana dan kembali bercakap-cakap. Kami menetap di Mapala UI sampai malam sebelum memutuskan untuk kembali ke Sekretariat Merapi.

Kami tiba di Sekretariat Merapi tengah malam dan langsung memutuskan untuk beristirahat. Keesokan harinya, kami masih berharap agar bisa terbang, namun cuaca tetap tidak mendukung sehingga kami memutuskan untuk membersihkan payung-payung saja sembari melanjutkan wawancara. Hari itu kami tidak bisa terbang dan memutuskan harapan kami untuk memenuhi target, yaitu 40 kali terbang, karena besoknya kami sudah harus kembali ke Yogyakarta. Hari terakhir tiba dan kami sudah bersiap-siap dari pagi hari. Kami mulai memasuk-masukkan logistik ke dalam mobil serta mengecek kembali apakah ada barang yang tertinggal. Setelah dirasa semua telah lengkap, sore harinya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan pulang kembali ke Yogyakarta.

Ketika di perjalanan pulang, kami masih mengalami kesialan ketika ban mobil yang tiba-tiba bocor. Hari sudah menjelang malam saat itu dan hampir semua bengkel sudah tutup. Kami juga lupa menganggarkan ban serep sehingga hal itu semakin menghambat perjalanan pulang. Kami mencari bengkel selama beberapa jam, hingga akhirnya kami menemukan bengkel yang buka dan bersedia untuk membantu kami. Sembari menunggu ban diganti, kami sempat beristirahat sejenak di dekat warung-warung di sekitar jalan situ. Setelah ban selesai dibenarkan, kami segera melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan pulang kali ini tidak seperti rute keberangkatan. Kami memilih untuk lewat jalur Kota Bandung. Ketika di Bandung, kami sempat berfoto foto di Jalan Asia Afrika yang terkenal. Perjalanan terasa sangat panjang karena kami mengambil perjalanan malam. Untuk menemani Benaya yang menyetir agar tidak mengantuk, kami memutuskan untuk mendengarkan lagu dan karaokean sepanjang malam. Beberapa kali juga kami sempat menepi untuk beristirahat. Perjalanan kembali ke Yogyakarta memakan waktu hampir sehari penuh karena kami memilih untuk santai. Kami tiba di Yogyakarta pukul dua siang esok harinya dan langsung membersihkan diri serta mengembalikan logistik agar tidak terlupa.

Dengan tibanya kami di Sekretariat Mapagama, berakhirlah petualangan kami kali ini. Lapangan ini merupakan lapangan yang cukup berkesan di kehidupan kami karena banyak mendapat pengalaman dan kenalan baru. Tim kami, yaitu Tim Gladimadya Cakrawala Sunda, telah menjalani rangkaian yang cukup panjang dari Maret hingga Juli. Kami tidak hanya mengorbankan tenaga kami, namun juga waktu dan pikiran kami agar dapat terlaksananya lapangan ini. Meskipun melewati banyak tantangan dan halangan, kami bersyukur sekali bisa menjalani rangkaian ini sampai selesai.

 

 Ajeng Rubina Satriani, Tim Gladimadya Paralayang: Cakrawala Sunda, 2022.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.