Enam orang anggota Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) melaksanakan kegiatan eksplorasi paralayang di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 6 – 16 September 2019 dengan tajuk “Gladimadya Gumi Sasak”.
Aktivitas tersebut merupakan bagian dari pendidikan lanjut di Mapagama bagi empat orang anggota Divisi Paralayang yang terdiri dari Erika Madiaferry (Fakultas Psikologi, 2018), Hanggara Tala S. S (Fakultas Filsafat, 2017), Miftachul Hanifah (Sekolah Vokasi, 2016), serta Sign Kusuma P. (Sekolah Vokasi, 2017). Adapun dua orang lainnya, yakni Banu Iqra Wardhana dan Tri Parmono Adi merupakan anggota senior Mapagama yang turut memeriahkan euforia tim tersebut.
Erika selaku koordinator tim Gladimadya ini menerangkan bahwa selain melakukan penerbangan, tim juga mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bentuknya melalui pengabdian lewat pemasangan banner kode etik keselamatan paralayang di salah satu lokasi landing. “Selain itu kami juga membuat video pengenalan alat paralayang untuk meningkatkan kesadaran berkegiatan sesuai dengan standar keselamatan. Pemetaan site penerbangan juga dilakukan untuk memperkaya ketersediaan informasi mengenai lokasi agar kegiatan paralayang lebih mudah dilakukan di sana,” tambahnya.
Total terdapat 4 lokasi yang dicoba dalam Gladimadya kali ini lewat penerbangan, yaitu Bukit Siswa, Bukit Telaga, dan Bukit Pergasingan yang terletak di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, serta Bukit Sombeng yang terletak di Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah.
Menurut Erika, sebagai divisi paling muda di Mapagama, jam terbang divisi paralayang dalam hal eksplorasi daerah yang berpotensi untuk paralayang masih terbilang sedikit. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Dari lokasi yang tidak semua bukit atau tempat tinggi bisa menjadi lokasi take off, penentuan area landing yang tidak bisa sembarang pilih, sampai faktor lain seperti instruktur, aksesibilitas menuju lokasi, serta tingkat kesulitan (grade) dari lokasi tersebut. “Kemampuan teknis anggota pun mutlak harus dipenuhi terlebih dahulu dengan mendapatkan lisensi penerbang yang dikeluarkan oleh Persatuan Gantole Paralayang Indonesia (PGPI) dan Federasi Aerosport Indonesia (FASI),” jelas Erika.
Miftachul yang merupakan koordinator lapangan pun menambahkan, “Paralayang memiliki SOP yang ketat dalam mengatur hal-hal tersebut sehingga dibutuhkan pertimbangan yang sangat matang bahkan untuk melakukan satu kali penerbangan”.
Meskipun demikian, tim Gladimadya Gumi Sasak optimis melihat kondisi olahraga paralayang yang makin hari semakin berkembang di Indonesia dengan semakin banyaknya anak-anak muda yang tertarik berkegiatan paralayang. “Oleh karena itu kami berharap eksplorasi di Pulau Lombok ini dapat menjadi awalan bagi petualangan Divisi Paralayang Mapagama yang lebih mengesankan lagi ke depannya,” pungkas Miftachul.
0 Comments