(Episode keempat dari Cerita Unexpected Comal)

Rabu, 28 Juli 2022 adalah hari dimana kami mensosialisasikan peta jeram yang telah kami buat selama dua hari. Kami bangun pada pukul 09.00 WIB lalu segera mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang membeli snack untuk disuguhkan ketika sosialisasi nanti, ada yang mencetak peta, dan ada pula yang menyiapkan tempat. Kami memulai sosialisasi pada pukul 16.00 WIB di aula Rainbow Rafting dengan dihadiri oleh beberapa operator Rainbow Rafting, Pak Rosikin, dan mahasiswa KKN yang berasal dari UIN Gusdur. Dalam menyiapkan sosialisasi ini, kami banyak dibantu oleh Pak Rosikin dalam hal peminjaman proyektor. Kendala sempat kami temui ketika menjelang sosialisasi. Ternyata, untuk menyambungkan laptop ke proyektor diperlukan kabel HDMI dan dari kami tidak ada yang membawanya, sehingga Lukman dan Mas Hendra harus membeli terlebih dahulu. Untungnya setelah itu semua berjalan lancar. Kami mendapatkan respon yang bagus terhadap peta jeram yang kami buat. Ketika sesi tanya jawab mengenai selfrescue dan peta jeram, banyak dari partisipan bertanya kepada kami. Sebelum mengakhiri kegiatan sosialisasi, kami membagikan lembar penilaian mengenai kegiatan sosialisasi kami. Dilihat dari penilaian, banyak yang merasa terbantu dan menjadi paham mengenai self-rescue di air dan beberapa juga ada yang memberikan masukan dan saran mengenai kegiatan kami ini. Acara sosialisasi selesai pada pukul 17.00 WIB, namun acara tidak selesai begitu saja. Setelah kegiatan sosialisasi kami tutup, kami kemudian mengobrol santai dengan teman-teman dari UIN Gusdur. Kami membuat lingkaran besar kemudian berkenalan dan menceritakan pengalaman kami masing-masing. Banyak hal yang kami ceritakan, baik dari hal akademik, kegiatan yang kami lakukan di mapala dan lain sebagainya. Obrolan seru ini akhirnya berakhir tepat ketika adzan maghrib berkumandang. Usai berpamitan kami membersihkan aula Rainbow Rafting terlebih dahulu.

Malam itu aku merasa sangat lega karena rangkaian kegiatan utama di Gladimadya ini telah selesai dan besok merupakan waktu free time. Ketika waktu makan malam, giliranku dan Audrey yang membeli makan malam. Kami menggunakan motor Mas Bandrek yang merupakan salah satu operator yang ada di Rainbow Rafting. Motor Mas Bandrek ini sangat-sangat unik sekaligus menyeramkan. Motornya seperti motor modifan dengan rem yang tidak begitu pakem. Butuh kehati-hatian dalam mengendarainya. Selama aku dan Audrey mengendarainya, kami tidak berhenti tertawa karena kekonyolan kami dalam mengendarai motor Mas Bandrek. Aku sempat mencoba mengendarai motor Mas Bandrek dan aku merasa kesulitan dalam mengerem motornya sehingga kami harus kelewatan cukup jauh tukang nasi goreng yang akan kami datangi. Akhirnya, setelah itu Audrey yang memboncengi aku dan ya untungnya kami bisa sampai Rainbow Rafting dengan selamat. Kami makan malam sekaligus evaluasi mengenai kegiatan hari itu. Selesai evaluasi akhirnya kami bisa benar-benar lega dan kami memutuskan untuk melanjutkan bermain monopoli hingga larut malam. Free time tidak berlaku buatku yang pada malam itu diberitahu di grup salah satu mata kuliah bahwa aku belum mengumpulkan 3 tugas laporan, sehingga mau tidak mau harus mengerjakan laporan itu. Kami semua tidur larut malam karena besok sudah free time. Teman-temanku tidur larut malam karena asyik bermain monopoli sedangkan aku kerepotan mengerjakan tugas-tugasku.

Esok harinya, Kamis 29 Juli 2022, kami semua bangun siang. Agenda hari ini selain free time ada satu keperluan yang belum selesai yaitu memberikan peta jeram Sungai Comal kepada pak camat sekaligus mewawancarainya. Kami baru berangkat dari Rainbow Rafting ke kantor pak camat pada pukul 11.00 WIB. Jarak antara Rainbow Rafting dengan kantor pak camat tidak begitu jauh, kami pergi kesana dengan menggunakan mobil. Sesampainya disana kami disambut oleh staf pak camat, kemudian kami menunggu pak camat di ruangan kerjanya. Selama di dalam ruangan, kami mengobrol kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama di Pemalang dan kami juga menceritakan pengalaman selama mengarung di sungai Comal. Selain itu, kami mewawancarai pak Camat mengenai tanggapan beliau mengenai kegiatan Gladimadya. Di akhir waktu, kami memberikan peta jeram Sungai Comal dan berfoto bersama kemudian berpamitan pulang. Sepulangnya dari kantor pak camat, kami memutuskan untuk main ke Kafe Pikaco karena selama ini kami hanya melewatinya saja ketika mengarung. Di sana, teman-teman bermain kartu uno yang sengaja dibawa sedangkan aku sibuk menyelesaikan tugasku yang deadline pengumpulannya adalah malam itu. Dua jam kami habiskan di Kafe Pikaco, dan aku juga sangat lega karena tugasku juga selesai dalam waktu dua jam. Waktu masih sore dan rasanya kurang seru kalau setelah itu kami langsung pulang ke Rainbow Rafting. Lalu, kami mencari-cari curug atau wisata alam yang dekat dari daerah kami. Akhirnya, kami menemukan curug Bengkawah yang lokasinya dapat ditempuh dari tempat kami hanya dengan 30 menit perjalanan.

Perjalanan menuju ke Curug Bengkawah sangat indah. Kami melewati hamparan sawah dan beberapa perkampungan. Letak Curug Bengkawah tersembunyi dan kami harus memasuki desa terlebih dahulu. Kami tiba di Curug Bengkawah pada pukul 14.30 WIB. Parkiran di curug sepi, hanya ada mobil kami saja. Setelah memarkirkan mobil, kami harus jalan dulu ke bawah dengan pemandangan sawah yang mengelilinginya. Kami kira mungkin ketika sampai di curug ada beberapa wisatawan di sana. Namun, ketika kami sampai pun ternyata hanya ada kami dan seorang ibu-ibu penjual kopi dan pop mie. Ketika kami sudah berada di depan Curug Bengkawah, kami cukup takjub dengan curug tersebut karena aliran curug yang tidak hanya memiliki satu aliran saja, melainkan terdapat 2 aliran yang besar. Ketinggian Curug Bengkawah kira-kira 20 meter dan aliran airnya sangat deras. Air di Curug Bengkawah jernih dan bersih. Di bawahnya terdapat kolan alami yang cukup lebar. Namun pengunjung dilarang untuk mendekati kolam karena di situ terdapat hole yang dalam. Kami asik membayangkan jika betapa mengasikkan kayakan melewati aliran air tersebut. Namun kami semua tahu bahwa itu tidak akan terjadi. Tidak banyak yang kami lakukan selama di curug. Kami hanya berfoto dan duduk memandangi aliran air yang jatuh. Pukul 16.30 WIB kami memutuskan untuk pulang karena aku minta untuk mampir ke terminal Randudongkal untuk bertanya mengenai jam keberangkatan bus kota. Setelah urusan mengenai jadwal keberangkatan selesai, kami mencari makan malam di sekitar sana dan memutuskan untuk makan Rocket Chicken. Selesai makan, kami kembali ke Rainbow Rafting untuk mencuci alat seperti perahu, pelampung, dan helm lalu dilanjutkan dengan packing logistik tim dan pribadi kami. Setelah urusan packing selesai, malam terakhir di Rainbow Rafting kami habiskan dengan bermain kartu uno bersama Mas Bandrek. Kami bermain di depan api unggun sambil menikmati camilan dan minuman hangat. Kami juga mengobrol santai hingga tak terasa waktu sudah larut malam dan kami harus tidur karena besok tim yang naik kereta api harus berangkat pagi.

bersambung ke Episode terakhir Cerita Unexpected Comal

 Azahra Safaanah, Tim Gladimadya Olahraga Arus Deras: Unexpected Comal, 2022

 

PS. Tonton lebih lanjut keseruan Gladimadya mereka di sini!


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.